Minggu, 24 Desember 2017

Lega

Pertama, aku menulis ini karena melihat banyaknya teman-teman seangkatan yang menuliskan perasaannya setelah melewati semester 7 di instagram, sambil upload foto-foto dengan kelompoknya sehabis ujian kompre. Well, mungkin akan panjang sekali apabila diriku menyampaikan perasaan sekaligus review mata kuliah di instagram. Supaya bermanfaat sekalian, aku tulis pengalamanku semester 7 ini (yang katanya paling jatuh-dan-harus-bangkit-lagi kata orang-orang) di blog. Siapa tau ada adik-adik junior unyu yang ambis (atau yang kurang kerjaan) mampir ke galeri pikiran saya untuk membaca. Semoga bermanfaat :) 

Well, seperti kata pepatah, semakin tinggi pohon, semakin kencang anginnya. Semakin lama kuliah, semakin banyak tantangan yang harus dihadapi.

Jujur, semester ini adalah semester yang berakhir dengan rasa lega yang paling besar dibandingkan semester-semester lainnya.

Kenapa?

Mungkin karena aku merasa usaha yang ku keluarkan untuk semester ini paling maksimal dibandingkan semester-semester sebelumnya. Meskipun semester-semester lalu ku rasa sudah berusaha dengan sekuat tenaga, semester ini usaha yang ku keluarkan beyond maksimal kali ya, hehe

Mungkin hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah SKS yang aku ambil semester ini, yaitu 19 SKS, yang terdiri dari 3 mata kuliah wajib, 3 mata kuliah pilihan, dan magang. Penuh memang, tapi alhamdulillah sampai detik ini ku masih hidup, hehe.

Nah, berikut mata kuliah beserta opini pribadi yang ku hadapi di semester 7 ini;

RPI (Rancangan Program Intervensi) 

Perkenalkan, mata kuliah ini adalah mata kuliah dengan bobot SKS paling banyak semester ini (jika tidak mengambil mata kuliah skripsi), yaitu 4 SKS. Sesuai namanya, mata kuliah ini memberikan pengetahuan untuk mahasiswa dalam membuat rancangan program intervensi. Rancangan program intervensi yang diajarkan di kelas ada 2 jenis, yaitu untuk individu dan kelompok. Nantinya, setelah mahasiswa membuat rancangan program intervensi bersama kelompok, rancangan ini akan dikompre (bahasa sehari-hari untuk ujian komprehensif) oleh dosen penguji.

Mata kuliah ini, menurut pendapat pribadiku, sangat dibutuhkan oleh mahasiswa psikologi. Sebagaimana kita tau, salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh mahasiswa psikologi adalah kemampuan untuk membuat rancangan program intervensi, dan di mata kuliah ini mahasiswa mendapatkan ilmu tersebut. Selain mendapatkan ilmu baru, ilmu yang sudah didapat pada dua semester sebelumnya, yaitu DDI, MII, dan MIK akan terpakai kembali di mata kuliah ini, jadi bukunya jangan dibuang atau dijadikan bungkus gorengan.

Untuk kegiatan perkuliahannya sendiri tidak begitu berat. Banyak dari teman-teman di angkatan yang merasa khawatir karena anggota  kelompok untuk mata kuliah ini diacak. Awalnya saya juga agak lumayan resah dan gelisah, tapi alhamdulillah kelompok saya terdiri dari anak-anak bahagia dan membahagiakan (cc. Lele, Putri, Afa, Dika). Kegiatan di kelas pun rata-rata digunakan untuk bimbingan bergantian per kelompok dengan dosen. Usahakan untuk memanfaatkan waktu yang ada di kelas, misalnya untuk mengerjakan tugas dan merevisi tugas setelah diberikan feedback dari dosen, karena pasti akan susah mencocokan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman kelompok di luar kelas karena mata kuliah yang sebelah, hehe.

sehabis ujian kompre RPI Individu (UTS) dengan Bu Ade dan Mas Dannis

foto sehabis ujian kompre RPI Kelompok (UAS) dengan Bu Puji dan Mas Dannis


KAUP (Konstruksi Alat Ukur Psikologi)

Biasanya ini yang menjadi sumber stres paling tinggi di kalangan mahasiswa semester 7. Aku sendiri juga heran (awalnya) kenapa (hampir) semua anak seangkatan khawatir dengan mata kuliah ini. Jawaban itu ku temukan pada saat detik-detik menjelang pengumpulan tugas dan ujian komprehensif, hahaha.

Sedikit penjelasan, mata kuliah ini adalah mata kuliah yang mengajarkan mahasiswa untuk membuat sebuah alat ukur psikologi, mulai dari operasionalisasi konstruk, item pooling, uji keterbacaan, analisis reliabilitas dan validitas, analisis item, dan pembuatan norma.

Menurutku (secara subjektif), mungkin mata kuliah ini dirasa cukup berat bebannya karena selain dituntut untuk memahami teori dengan baik, mahasiswa juga dituntut untuk melaksanakan hal-hal teknis dengan baik seperti melakukan pengambilan data untuk uji keterbacaan dan setelah uji keterbacaan. Jika kelompok hanya terfokus pada salah satu aspek, yaitu teori atau teknis saja, dapat dipastikan kelompok akan merasakan kecemasan yang luar biasa di saat detik-detik menuju ujian komprehensif, like we did :''(

After all, mata kuliah ini adalah mata kuliah yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa psikologi, khususnya mahasiswa yang memiliki minat di bidang penelitian. Selain itu, ketelitian mahasiswa juga diuji di mata kuliah ini, contohnya ketelitian dalam analisis psikometrik, ketelitian dalam olah data, maupun dalam urusan typo. Oh ya, mata kuliah ini juga membuat mahasiswa lebih paham teori dalam psikometri, serius!! (karena kalau tidak paham, kemungkinan besar akan menangis-menggaruk-tanah pada saat kompre)

Intinya, mata kuliah ini bermanfaat banget, meskipun dihiasi dengan indahnya kecemasan di setiap langkahnya, hehe.
foto setelah ujian komprehensif bersama Bu Ils dan Mbak Nunu

Metode Penelitian Kualitatif

Menurutku, mata kuliah ini seru abis, karena sebelum masuk ke pembahasan mengenai metode penelitian, mahasiswa diajak untuk membahas berbagai macam paradigma yang ada. Sayang sekali, mata kuliah ini baru diajarkan di semester 7, padahal menurutku mata kuliah ini bisa diajarkan di semester 5 dengan asumsi bahwa mahasiswa yang sudah mendapatkan mata kuliah metode observasi dan metode wawancara bisa melakukan metode penelitian kualitatif. Mungkin ini sebuah konspirasi supaya tidak banyak mahasiswa yang membuat skripsi dengan metode penelitian kualitatif (?). Meskipun setelah dipikir-pikir lagi, memang kapasitas mahasiswa S1 untuk melakukan metode penelitian kualitatif belum 'sejago' itu, apalagi jika diharuskan untuk membuat analisis hasil penelitian dengan teori secara komprehensif dan mendalam (meskipun bisa belajar juga sih).

Hal yang menyenangkan dari mata kuliah ini adalah tidak ada UAS *yeaay*. UAS diganti dengan penelitian kualitatif yang dilakukan secara berkelompok. Nggak terlalu berat sih, mungkin capek di bagian penulisan verbatim, dan analisis intra kasus per narasumber dan dikaitkan dengan teorinya. Intinya mata kuliah ini menyenangkan :)

Psikologi Arsitektur

Mata kuliah ini lain dari mata kuliah yang pernah aku jalani di kampus, mungkin hal tersebut karena aku baru pertama kali mengambil mata kuliah di luar psikologi, yaitu di Fakultas Teknik. Karena anggota kelasnya terdiri dari anak arsitektur dan psikologi, kelompok untuk melaksanakan tugasnya juga dicampur antara anak arsitektur dan psikologi. Untuk materi perkuliahannya sendiri masih bisa diikuti oleh anak psikologi. Bahkan ada materi yang membahas tentang persepsi, yang mungkin sudah dipelajari di semester satu.

Hal yang menyenangkan dari mata kuliah ini adalah kunjungan ke sekolah alam *yeaay**Terima kasih Bu Ratna dan Mbak Mita*. Kunjungan ini bertujuan untuk menambah inspirasi mahasiswa dalam melaksanakan tugas akhir untuk UAS.

Terus, aku mau sedikit meluruskan nih, kalau misalnya ada yang mau mengikuti mata kuliah psikologi arsitektur karena banyak cowoknya, sebaiknya urungkan saja niat tersebut, karena ternyata secara statistik, departemen arsitektur FT UI memiliki jumlah cowok yang paling sedikit di antara jumlah cowok pada departemen lain di FT UI. Ya sama aja kayak di psikologi, masuk kelas banyakan ceweknya, haha. 

foto pada saat kunjungan ke sekolah alam


Psikologi Adiksi

Mata kuliah ini menambah banyak insight tentang adiksi. Mulai dari pandangan masyarakat terhadap orang yang terkena adiksi, jenis-jenis adiksi, dan sebagainya. UAS untuk mata kuliah ini digantikan oleh tugas membuat rancangan penelitian psikologi mengenai adiksi. Dan hal yang menyenangkan dari mata kuliah ini adalah kunjungan ke Balai Rehabilitasi BNN di Lido *yeaaaaayyyyyy* *Terima kasih Bu Dani dan Bu Erida*

foto pada saat kunjungan ke Balai Rehabilitasi BNN di Lido, Bogor 

Psikologi Keluarga 

Last but not least, mata kuliah ini seru banget, terutama untuk mahasiswa yang ingin mengetahui soal dinamika keluarga, mulai dari mate selection, bentuk keluarga, keputusan orang tua untuk memiliki anak, anak memasuki usia sekolah, dan permasalahan yang terjadi dalam keluarga. Tidak ada UAS untuk mata kuliah ini, diganti oleh tugas penelitian kelompok dan presentasi poster pada pertemuan terakhir di kelas. Intinya mata kuliah ini banyak memberikan insight!

Refleksi secara umum

Kuliah memang sarana bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan baru. Kalau memang mahasiswa niat untuk mendapat ilmu pengetahuan baru, pasti pada akhirnya mahasiswa akan mendapat ilmu tersebut.

Memang di tengah perjalanan pasti banyak halang-rintang-yang-menghadang dan membuat ingin-menangis-garuk-garuk-tanah, tapi just enjoy it karena itu merupakan  bagian dari sebuah proses pembelajaran. Proses itulah yang membuat kita nanti tau, bahwa untuk menjadi "bisa" dibutuhkan perjuangan yang dimulai dari garis start dimana diri kita memang "belum bisa".

Aku sendiri bersyukur karena dikelilingi orang-orang suportif, baik orang tua, keluarga, dosen, dan teman-teman. Memang, memiliki support system itu sangat membahagiakan ya :) *Terima kasih banyak :)))*

Terakhir, aku ingin menutup tulisan ini dengan quotes dari Celestine Chua :

Everyone face challenges in life. It's a matter of how you learn to overcome them and use them to your advantage. 

Selasa, 12 Desember 2017

Menunggu Hujan

Sore itu, kita meneduh dari hujan deras, sesekali tempias hujan mengenai wajah kita.

"Sepertinya masih lama hujannya,"

Ia tersenyum, "Tidak apa, selama aku menanti hujan reda bersamamu."

Ia tersenyum kembali kepadanya, "Terima kasih, karena sudah ada disini bersamaku, karena sudah ada disini saat aku jatuh dan terluka. Terima kasih karena sudah menguatkanku. Maafkan aku jika aku banyak menangis."

"Tidak apa. Memang, banyak rintangan yang kamu hadapi dalam hidup, mulai dari terkucilkan di masa kecil, terfitnah di masa remaja, dan terpuruk saat kamu beranjak dewasa.

Sudah berapa kali kamu berpikir untuk pergi saja dari dunia? Tapi toh, kamu tetap bertahan.

Kamu tetap menghadapi dunia dengan senyuman, meskipun beberapa dibalik senyummu itu menyimpan tangis. Tapi hey, kamu berhasil menyembunyikannya dari orang-orang. Bahkan kamu berusaha untuk menyebarkan energi positif kepada orang-orang disekitarmu, meskipun beberapa kali kamu ketahuan gagal, haha. Dan aku bangga denganmu karena sudah bertahan. Just live. Tetap bertahan, oke?"

Ia pun mengangguk, memeluknya.

...

Dan gadis itu memeluk dirinya sendiri.

Sabtu, 09 Desember 2017

Moderator Dadakan

Semua ini berawal dari satu pertanyaan, "Mau jadi moderator nggak?"

Moderator?

Sejujurnya aku belum pernah menjadi moderator *hahaha*.

Menjadi moderator diskusi di kelas mungkin pernah sesekali. Untuk perform di depan umum pun hanya pernah sekali-dua kali jadi MC, itu pun bukan MC acara besar yang dihadiri ratusan orang.

Malam itu, tawaran yang dilontarkan dari Kak Muza, kakak senior di asrama, aku pikirkan. Ragu pasti ada. Bahkan sangat ragu! Betapa tidak, begitu ditawari pertama kalinya untuk menjadi moderator, acaranya setingkat nasional di Balairung, dan besok pula. What a challenge!!!

Sekilas penjelasan, acara tersebut bernama Indonesia Citizen Summit 2.0 yang bertujuan untuk mewadahi gerakan bersama sesuai dengan poin SDGs yang digagas oleh UN (United Nations) beserta negara-negara yang ikut serta dalam tujuan tersebut, termasuk Indonesia. Dan yang membuat aku excited  adalah... aku ditawari untuk menjadi moderator pada poin SDGs kelima, yaitu Gender Equality.. YEAYYYYY.. MY LUCK!!  
note : thanks to Izza yang sudah merekomendasikan diriku pada Kak Muza, luv you :3

Setelah menerima tawaran (dengan bismillah dan innalillahi), akhirnya aku mempelajari materi-materi yang mungkin berguna untuk mempersiapkan diri besok, seperti bagaimana cara menjadi moderator yang baik, bagaimana cara bersikap di depan umum yang baik, dan tentu saja materi mengenai kesetaraan gender dalam poin SDGs.

Esoknya, setelah kerja kelompok (maaf ya teman kelompok waktu itu diriku ijin nggak kumpul kelompok sampai selesai hehe), aku segera menuju Balairung. Dan ternyata audiensnya tidak 'seseram' yang aku bayangkan sih. Antara lega dan kecewa gitu karena pesertanya sedikit (mungkin bisa jadi masukan juga buat panitia acara :)). Tapi tidak apa, lihat dari sisi positifnya. At least, jika saya bertingkah memalukan, tidak begitu banyak yang lihat :P

Selama menunggu, aku terus berusaha untuk meredakan debar (asiik, kayak jatuh cinta) yang terasa. Beberapa kali menanyakan ke panitia kapan narasumbernya datang, supaya bisa mencairkan suasana dulu dengan narasumber gitu maksudnya. Untungnya narasumber datang beberapa saat sebelum sesi SDGs kelima dimulai, sehingga kami sempat berbincang sebentar.

Alhamdulillah, meskipun agak tergagap dan tergugup di awal, semua bisa teratasi dengan baik. Memang terasa sekali deg-degannya begitu naik ke atas panggung, tapi begitu sudah terbiasa dengan 'hawa' panggung, rasa deg-degan berkurang dengan sendirinya.

Dari pengalaman ini, aku banyak belajar. Belajar bagaimana cara menjadi moderator, belajar lebih dalam mengenai kesetaraan gender pada poin SDGs kelima, dan tentunya belajar tentang bagaimana cara mempersiapkan diri dalam waktu yang singkat, alias MENDADAK! hehehe...

Sekali lagi terima kasih atas kesempatannya Kak Muza dan kawan-kawan panitia. Semoga acaranya bisa lebih baik lagi ke depannya, karena sejujurnya, konsep acaranya keren bangettt!!
Makasih juga buat Izza yang sudah menjerumuskan  merekomendasikan diriku pada Kak Muza. Pokoknya love you lah Za :3
Makasih juga buat temen-temen yang sudah datang, salah satunya lele yang sempat membuat instatory, hahaha.

And the last, I want to share what Oscar Wilde said once : 
Experience is the hardest kind of teacher. It gives you the test first and the lesson afterward. 

poster acara

bersama kak yuli, kak muza, dan izza

Senin, 20 November 2017

I will make a coffee for You

Someday, I'll make a coffee for you,
not because I'm your wife,
but because I love you

If I make a coffee for you because I'm your wife,
it's became a duty, not a gift

So someday,
I will make a coffee, a breakfast, and a dinner for you,
because I love you,
and because I want to give you a gift everyday
not because I'm doing my duty as a wife

Sabtu, 18 November 2017

Bolehkah Aku Melajang?

Jika sunah sepertiga malamku sering alfa,
Maka mengapa harus aku laksanakan sunah untuk menyempurnakan separuh agama?
Bolehkah aku melajang?

Jika baktiku pada orangtua belum sempurna,
Maka mengapa harus aku baktikan hidupku pada seorang pria?
Bolehkah aku melajang?

Jika cintaku padaMu belum begitu utuh,
Maka mengapa harus aku bagikan cintaku hanya pada seorang makhlukMu?
Bolehkah aku melajang?

Bolehkah?
Ataukah ini hanya resahku saja?

Kamis, 16 November 2017

Pulang

Ya Allah, aku lelah
Aku lelah jika harus tertawa untuk melupakan kesedihan
Aku lelah jika harus bersua untuk melupakan kesepian

Ya Allah, aku ingin pulang
Besar keinginan untuk rehat sejenak
Mengistirahatkan jiwa raga dari segala resah

Tapi Ya Allah, aku takut
Aku takut untuk pulang sendiri
Karena bila begitu adanya, mungkin pintuMu akan tertutup di depanku
Sedangkan aku ingin beristirahat dengan tenang

Maka dari itu Ya Allah,
Aku bertanya-tanya bilamana diriku Kau jemput
Dan lelah ini, biarkan jadi bekal untuk perjalanan pulangku
Sedangkan kisahku, aku serahkan segalanya padaMu

Kamis, 09 November 2017

Siklus

Temu,
Sapa,
Suka,
Pendam,
Sakit,
Harap,
Suka,
Pendam,
Sakit,
Sendiri...


Siklus yang berulang
dengan rupa yang berbeda
dengan kemawasan diri yang meningkat

Tapi ah, tetap saja
pada akhirnya aku sendiri
membiarkan yang lain berlarian kepadamu
sedangkan aku harus mencukupkan diri
untuk memandangmu dari jauh
dan membaca kisahmu sembari tersipu

Minggu, 01 Oktober 2017

Sedikit Penjelasan tentang Kekerasan Berbasis Gender (dan cerita pengalaman magang)

Pada liburan semester genap kemarin, saya berkesempatan untuk magang di Satuan Pelayanan Terpadu Jawa Tengah (atau yang biasa disingkat dengan SPT Jateng). SPT Jateng ini merupakan satuan pelayanan yang berada di bawah garis koordinasi dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah yang berfungsi untuk melakukan koordinasi kepada pihak terkait apabila ada kasus masuk yang berkaitan dengan kekerasan perempuan dan anak. Pihak terkait disini adalah pihak yang ikut membantu penyelesaian kasus yang masuk, di antaranya yaitu kepolisian, RSUD, dan psikolog.

Sedikit cerita,  job desc yang saya miliki disitu sebenarnya nggak terlalu kaku *alias nggak ada job desc, hehe*, karena sebenarnya SPT Jateng sendiri tidak memiliki program khusus untuk mahasiswa magang. Jadi kerjaan saya kurang lebih membantu pekerjaan yang ada di SPT Jateng dan ikut observasi koordinasi yang dilakukan untuk penyelesaian kasus yang masuk. Pernah juga saya menemani korban di rumah sakit. Meskipun tidak ada jobdesc yang pasti, but I've learned a lot about violence against women and children, termasuk tentang Kekerasan Berbasis Gender.

Mungkin ada yang belum pernah mendengar Kekerasan Berbasis Gender? dan mungkin ada yang belum tau perbedaan Kekerasan Berbasis Gender dan perbedaannya dengan bentuk kekerasan yang lain? Sama, sebelum magang saya juga belum tau. But here it is, saya ingin sharing beberapa hal terkait itu.

Berdasarkan pada PKBI DIY (n.d.), Kekerasan Berbasis Gender (KBG) merupakan kekerasan yang berlandaskan pada asumsi gender dan atau seksual tertentu. Maksud dari asumsi gender adalah terkait dengan sifat atau karakteristik dari gender yang biasa menjadi korban (dalam blog ini lebih terfokus pada perempuan). Misalnya kekerasan seksual seperti perkosaan yang dilakukan oleh pelaku karena menganggap wanita lemah dan tidak berdaya untuk melawan. Ada beberapa kasus kekerasan yang dapat digolongkan ke dalam KBG, di antaranya yaitu perkosaan, termasuk intimidasi dan pemaksaan aktivitas seksual, pemaksaan aborsi, pemaksaan perkawinan, penelantaran ekonomi dan pemiskinan, maupun tradisi bernuansa seksual dan lainnya yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan (PKBI DIY, n.d.).

Berdasarkan hasil pengamatan fenomena yang terjadi di lapangan pada saat melaksanakan magang, masih banyak KBG yang terjadi (khususnya di Jawa Tengah) dan sangat merugikan pihak perempuan. Tidak hanya satu atau dua korban yang datang dengan masalah seperti perkosaan, penelantaran ekonomi oleh suami, bahkan pengancaman dan kekerasan dalam rumah tangga. Akhirnya, banyak dampak yang ditimbulkan akibat KBG yang dialami oleh korban, di antaranya yaitu rasa malu, kurangnya produktifitas, dan bahkan trauma yang membekas.

Dalam opini saya KBG bisa kita cegah dan atasi. Selain dari penegakan hukum seperti pengesahan RUU kekerasan seksual, salah satu yang bisa dilakukan yaitu dengan penanaman cara pikir (paradigma) terkait gender, khususnya kesetaraan gender. Kesetaraan gender disini lebih ditekankan pada kesetaraan hak yang dimiliki wanita baik dalam hal pendidikan, rasa aman, maupun yang berhubungan dengan consent dalam aktivitas seksual. Apabila cara pandang terkait kesetaraan gender bisa tercapai, maka bukan hal yang mustahil tingkat KBG di Indonesia akan berkurang.

Special thanks to :
Semua pihak yang sudah membantu, dan memberikan banyak pelajaran pada saya selama kegiatan magang di SPT Jateng. Terkhusus kepada Bu Sri Kusuma Astuti selaku kepala DPPPA Dalduk KB Jateng, Pak Zaenal Arief Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Bu Isnaini Sulistyawati selaku kepala SPT Jateng dan Pak Hanityo selaku kepala TU SPT Jateng, dan juga mas dan mbak (Mbak Mawar, Mbak Rias, Mbak Riris, Mbak Yani, Mbak Novi, Mas Misrin, Mas Ian, dan Mas Adib). Sekali lagi terima kasih banyak kepada semua pihak, termasuk yang tidak saya sebutkan (karena saking banyaknya), saya sangat beruntung bisa belajar banyak dari SPT Jateng, dan semoga ilmu yang saya dapat bisa bermanfaat.

Source (and for further reading) : http://pkbi-diy.info/?page_id=3540

Senin, 25 September 2017

If I Die

Aku teringat pembicaraan kita berdua sore itu di sebuah lapangan,
entah kamu masih ingat atau tidak.

Siapa yang memulai pembicaraan ku lupa, yang ku ingat hanya jawaban atas pertanyaan yang kita ajukan.

"Menurutmu lebih baik orang tuamu yang mati duluan atau kamu yang mati duluan?"
"Kayaknya aku sedih kalo orang tuaku mati duluan, jadi mungkin aku yang lebih baik mati duluan", jawabku.

Kamu tersenyum,"Kalo aku pingin orang tua aku yang mati duluan"
"Kenapa"
"Soalnya, aku nggak ingin melihat orang yang aku sayangi bersedih"

Sampai saat ini, kalimat itulah yang membuatku berpikir untuk terus melanjutkan hidup dan menjaga semangat untuk tetap hidup. Salah satu tujuannya adalah supaya melihat orang-orang yang ku sayangi tetap bahagia

Terima kasih atas kalimat yang kau lontarkan sore itu,
entah kamu masih ingat atau tidak.    

Minggu, 24 September 2017

If I fall in love

What will you do
if I tell you
that I fall in love
with her
but she is wearing the skirt as me

What will you do
if I tell you
that I fall in love
with him
but he is going to church while I am going to the mosque

what will you do
if I tell you
that I fall in love
with him
but he is going forty and already has 2 children

what will you do
if I tell you
that I fall in love
with him
but he is just fourteen and still preparing for his final exam

what will you do
if I tell you
that I fall in love
with you?

what will you do?

Jumat, 22 September 2017

The Lost Years

I've gone for a while
crying for the memories that never leave
searching for the years I missed
leaving a hole inside me

I asked Him
whispering with tears
to send me someone
who can embrace me
but some people always come and leave
or maybe it is me who can't make them stay

So I decided to keep moving on
contemplating the years I've lost
and bring the dim light through me
which is the darkest place I've ever known

And for all, I'm not scared anymore.

Kamis, 14 September 2017

Langit dan Bulan

Adalah Langit, pria berusia 30 tahunan dengan perawakan yang tinggi, tegap dan tampan. Dia bekerja sebagai konsultan bagi sebuah perusahaan swasta. Dia mencintai seorang wanita bernama Bulan, sebelum ia mencintai wanita lain.

Adalah Bulan, wanita berusia akhir 20an dengan perawakan yang mungil, manis, dan mata yang bulat. Dia bekerja sebagai desainer interior dalam sebuah perusahaan interior terkemuka di Jakarta. Dia mencintai seorang pria bernama Langit, dan terus mencintainya meskipun ia tau bahwa Langit mencintai wanita selain dirinya.

Sore itu Langit mendapatkan kabar yang tidak mengenakan hati. Bulan ditemukan tak sadarkan diri di meja kerjanya di perusahaan. Kabarnya karena kelelahan yang teramat sangat. Setelah mendengar kabar tersebut, langsung saja Langit berlari ke rumah sakit tempat Bulan dirawat meskipun masih banyak pekerjaannya tertumpuk.

Langit memasuki kamar tempat Bulan dirawat. Disana terbaring Bulan yang masih tak sadarkan diri. Langit mendekatinya dan memegang tangannya, dan ia baru menyadari bahwa seorang yang telah ia nikahi selama 4 tahun ini sudah berkurang berat badannya hingga ia bisa merasakan tulang Bulan yang hanya terbungkus kulit.

Beberapa saat kemudian, Bulan membuka matanya dan melihat Langit. Ia tersenyum.

"Akhirnya kamu datang", kata Bulan.
"Sudah tidak usah banyak bicara. Kata dokter kamu perlu istirahat banyak. Mau aku belikan sesuatu?"

Bulan menggeleng. Ia menggenggam tangan Langit lebih erat.

"Tidak, aku hanya ingin kamu tetap disini. Setiap kamu pergi, aku khawatir bahwa suatu saat kamu tidak akan pernah kembali lagi." Kata Bulan, setetes air mata keluar dari sudut matanya.

Langit menyeka air mata Bulan. Dalam hatinya terbesit sedikit rasa penyesalan. Penyesalan bahwa ia tau kalau Bulan tau bahwa dirinya telah meretakkan cintanya dan Bulan, tetapi ia tidak berusaha untuk mengutuhkannya kembali. Baginya, Bulan terlalu baik, bahkan untuk membencinya. Dan benar apa yang dipikirkannya, memang Bulan terlalu baik untuk membencinya.

"Kamu, tidak akan pergi lagi kan?" Tanya Bulan dengan penuh harap, sama seperti harapnya setiap malam sebelum akhirnya Langit pergi meninggalkan pintu rumah mereka untuk bertemu wanita lain. Sama seperti harapnya sembari menunggu Langit kembali sampai ia tidak menghiraukan suara perutnya yang minta diisi.

Langit menggeleng dengan senyumnya. Senyum yang menyiratkan bahwa selama Bulan sakit, ia akan tetap di samping Bulan. Setelahnya, akan mereka bicarakan nanti.

Setelah melihat senyum Langit, Bulan bisa menetapkan harapannya sejenak. Setidaknya untuk kali ini, ia yakin Langit hanya untuknya seorang.  

Senin, 17 Juli 2017

Tentang Kehilangan

Kehilangan, judulnya terkesan sedih ya?

Tapi kehilangan-kehilangan yang kita alami terkadang membawa hikmah dan pelajaran hidup bagi kita.

Cerita pertama tentang kehilangan yang pernah ku alami adalah kehilangan gelang emas. Kehilangan ini terjadi pada saat aku kelas 1 SD. Saat itu aku membeli gelang mainan di sekolah, dan gelang emasnya aku copot. Aku lupa meletakan gelang emas itu dimana, jadinya ya hilang sudah. Kehilangan itu membuatku dihukum tidak mendapat uang jajan sebulan, walaupun tetap dibawain bekal makanan ke sekolah. Namanya orang tua meskipun menghukum anaknya, tetap pakai perasaan ya, hehe.

Cerita kedua tentang kehilangan jam Casio putih di pondok Gontor dulu pas kelas 1 SMP. Jam itu berharga karena selain mahal (iya jam Casio asli), jam itu juga pemberian dari nenek sehabis pulang dari mekkah. Kejadian hilangnya jam itu aku tidak ingat persis. Yang jelas saat sekolah, tiba-tiba saja hilang. Entah tertinggal atau ada yang mengambil. Kehilangan itu, meskipun sudah tidak dihukum orang tua lagi, membuatku merasa sedih. Terkadang rasa sedihnya sampai membuatku menangis secara tidak sadar.

Cerita kehilangan di pondok tidak hanya itu. Kehilangan yang masih ku sesalkan sampai sekarang adalah ketinggalan Al quran (warna pink) dan selimut dengan sulaman namaku yang disulam oleh ibu. Walaupun judulnya ketinggalan pada saat pindah dari pondok, tetep ada rasa kehilangan karena aku tidak bisa melihat dan menyentuh barang berharga pemberian seseorang yang berarti buat kita.

Cerita kehilangan tidak berhenti sampai disitu. Saat ini kami sedang kehilangan momen kebersamaan dengan anggota keluarga yang lengkap. Hal ini dikarenakan adik-adik sudah kembali lagi ke sekolah masing- masing di perantauan. Kali ini aku melihat sendiri bagaimana istilah "empty nest" yang dirasakan orang tua ketika anak-anaknya pergi meninggalkan rumah. Kalau aku boleh berharap, inginku kita berlima bisa selalu berkumpul bersama di rumah.

Kehilangan membawa kita pada sebuah hikmah, bahwa sebenarnya semua hal di dunia akhirat ini milik Allah. Baik itu harta benda, kemampuan, orang tersayang atau bahkan momen yang kita alami, itu semua hanyalah titipan dariNya. Kita sebagai manusia hanya bisa menjaga amanahNya dengan sebaik yang kita bisa. Dan pada akhirnya kita semua akan kembali kepadaNya.

Maka, ketika kesedihan karena berpisah (sementara, insyaaAllah) dengan adik ini datang, atau kesedihan karena kehilangan lainnya, semoga aku ingat untuk berbisik, "Sesungguhnya semua milikMu, dan semua akan kembali kepadaMu"

Rabu, 21 Juni 2017

Bahagia yang sederhana

Cerita ini adalah cerita tentang hari kemarin, dimana ada beberapa kebahagiaan yang aku rasakan. Kebahagiaan yang mungkin sederhana untuk dipikirkan, tapi istimewa bila dirasakan,

Kebahagiaan pertama ku rasakan pada saat ke kariadi dengan tujuan meminta surat keterangan dokter untuk bapak. Setelah sampai di RS Kariadi, aku mengutarakan tujuanku. Selang beberapa saat, aku  diminta oleh suster untuk menunggu bagian administrasi yang mengurus surat keterangan dokter di ruang suster. Lalu aku masuk dan duduk di sofa yang ada di dalam ruang tunggu tersebut.

Bosan menunggu, aku pun membuka hp dan memainkan sebuah game yang ada di hp. Beberapa saat setelah menunggu (sambil main hp) di ruang suster, seseorang masuk dan duduk di sofa persis disebelahku. Kita sebut saja seseorang itu adalah mas dokter.

Sebagai informasi, mas dokter adalah dokter muda (perkiraan usia 20 akhir-30 awal) yang bertugas di bagian cardiovascular tempat bapak dirawat. Beliau seperti tipe pria jawa yang kalem, perawakan tinggi berisi, dan mata sayu karena lelah kurang tidur (dari observasi sederhana).

Sejak beberapa hari menginap di RS untuk menemani bapak, aku beberapa kali melihat mas dokter mondar-mandir dengan jas putihnya dan beberapa file di tangan. Dari perawakan dan tingkah lakunya, terpancar aura "wah dokter ini keren ya" yang membuatku terkagum padanya.

Lanjut pada cerita di ruang suster, mas dokter duduk di sebelahku dan mulai membuka hpnya. Zeengg.. disitu aku merasa canggung sekali karena tidak ada bahan obrolan. Berapa kali terpikir untuk menyapa "hai dok, gimana kabarnya" "Habis periksa pasien, dok?" sampai rencana untuk menoleh dan cuma tersenyum menyapa mas dokter. Tapi rasa canggung mengalahkan keberanian untuk menyapa. Disamping itu, aku sudah terlanjur terlihat main game di hp waktu itu, sungguh bukan first impression yang baik (untuk memulai pembicaraan dengan mas dokter).

Akhirnya kebekuan itu dipecahkan oleh suster yang masuk membawa form surat keterangan dokter. Form itu oleh suster langsung diberikan ke mas dokter.

Kemudian mas dokter mulai membuka obrolan sembari mengisi form surat keterangan dokter.

"bapaknya dosen ya?
"iya"
"dosen dimana?
"UIN"
"Ini suratnya, nanti dikasih amplop sama suster ya" katanya sambil memberikan suratnya padaku.

Yeah, maybe its just a little talk, but its really meant something for me...

Buatku yang cuma bisa lihat mas dokter mondar-mandir, siang itu aku merasa bahagia karena bisa mengobrol sepatah-dua patah kata dengan mas dokter.

Tapi ya tetap saja, kagum hanya sebatas kagum, kagum karena dedikasinya sebagai dokter terhadap kesembuhan pasien. Mantap!

Kebahagiaan kedua kurasakan ketika pergi ke toko musik yang ada di jl Pandanaran Semarang. Singkat cerita tujuanku ke toko musik adalah membeli adaptor keyboard yamaha yang colokannya bengkok akibat terjatuh karena kecerobohanku dalam mengepel sehingga menyenggol adaptor tsb (panjang ya lol).

Kembali ke toko musik, setelah menyampaikan niat hati kepada mbak penjaga toko, adaptor yang akan ku dibeli oleh mbak penjaga diberikan kepada mas-mas bagian keyboard. Kita sebut saja mas keyboard.

Setelah adaptor dicobakan ke keyboard, mas keyboard bertanya kepadaku "emang adaptor yang lama kenapa mbak?"

"ini mas, colokannya bengkok, kayak gini" aku menunjukan adaptor yang lama ke mas keyboard.

Tanpa sulap, tanpa sihir, tiba-tiba colokan keyboard yang bengkok itu bisa diluruskan kembali sama mas keyboard.

"Loh mas, nggak jadi beli adaptor, nggak apa jadinya?"
"Nggak apa mbak, malah hemat uangnya buat lebaran"

Alhamdulillah, ternyata kebaikan kecil dari orang lain bisa membuat hati kita bahagia ya. Mungkin itulah mengapa sebagai manusia seharusnya kita selalu berusaha untuk menjadi orang baik, karena sekecil apapun perbuatan baik kita bisa berarti kepada seseorang, bukan?

Kebahagiaan ketiga adalah kebahagiaan yang paling membahagiakan yang ku rasakan di hari kemarin. yaitu bisa tarawih di masjid untuk pertama kali dalam ramadhan ini, yeaaaay!

Kebahagiaan ini merupakan perwujudan kerinduan akan tarawih di masjid, karena sebelumnya selalu berhalangan untuk tarawih di masjid mengingat kondisi yang tidak memunkinkan untuk meninggalkan orang tua berdua di rumah dengan keadaan bapak yang masih perlu banyak dibantu. Alhamdulillah kemarin bisa ke masjid karena keadaan bapak sudah stabil.

Kebahagiaan yang sederhana ini, entah mengapa begitu berkesan. Mungkin karena kebahagiaan ini datang setelah kesedihan yang dialami selama awal ramadhan kemarin ketika keadaan bapak masih belum stabil.

Bukankah Allah telah berjanji bahwa di setiap kesusahan terdapat kemudahan, dan juga janji Allah itu benar? Maka kenapa kita harus terus menerus dalam kesedihan?

Semoga kita semua selalu menjadi orang-orang yang berbahagia :)

Sabtu, 17 Juni 2017

Nikmat yang Sederhana

Dalam postingan kali ini, aku mau cerita tentang pengalaman ramadhan (on going sebenarnya hehe) tahun ini, dimana ramadhan kali ini keluarga kami diberikan nikmat (dalam bentuk cobaan) dari Allah.

Cerita ini diawali dari telepon ibu di pagi buta, saat sahur pada ramadhan hari kedua. Lewat telepon, ibu memberitahu bahwa bapak terkena serangan jantung dan dirawat di rumah sakit di Kuningan, (karena pada saat terjadinya serangan jantung, bapak dan ibu sedang berada di Kuningan, jadi dilarikan ke RS Kuningan dulu). Pada saat itu, entah apa yang terlintas di pikiran, ada rasa sedih, bingung (karena yeah, masih UAS pada saat itu), atau rasa apalah itu yang aku sendiri bingung untuk mendefinisikannya. Pokoknya semua emosi negatif berkecamuk di dalam diri waktu itu.

Long story, setelah 6 hari dirawat di Kuningan, kondisi bapak tidak kunjung membaik, yang ada justru kondisi bapak drop waktu itu. Akhirnya dirujuklah bapak ke RS Kariadi di Semarang.

Long story lagi (pokoknya panjang lah kalo diceritain gimana lelahnya berada di RS selama itu), selama 8 hari bapak dirawat di RS Kariadi. Di RS itu juga Bapak diberi tindakan berupa pemasangan ring 2 biji.

Alhamdulillah selama di Semarang, banyak pihak yang memberi dukungan, baik fisik maupun non fisik kepada bapak dan keluarga. Seharusnya ini meringankan beban yang dirasakan bapak, ibu dan juga aku. Tapi entah kenapa sampai saat ini ada rasa sedih yang nggak bisa dihilangkan dari dalam diriku sendiri,

Yap, rasa sedih itu adalah rasa sedih karena tidak bisa menikmati ramadhan seperti biasanya.

Semenjak bapak pulang, banyak penyesuaian yang harus dilakukan di rumah. Mulai dari penyesuaian fisik rumah seperti letak perabot yang harus memfasilitasi mobilitas bapak, sampai penyesuaian non fisik seperti pengaturan jadwal makan dan minum obat. Penyesuaian yang dilakukan tidak cukup sampai situ. Kami, ibu dan anak-anak beliau juga harus menjaga perilaku kami supaya tidak menambah pikiran bapak yang bisa berisiko membuat bapak mengalami serangan lagi. Pernah suatu hari ketika aku kebanyakan tidur, ibu menceramahiku karena bapak mengeluh sama ibu kenapa anak-anak kebanyakan tidur. Itu cuma satu dari keluhan-keluhan bapak lainnya.

Aku sendiri tidak bisa menyalahkan bapak, karena aku paham bapak berprilaku seperti itu bukan berdasarkan kesadaran bapak sendiri. Bapak yang aku kenal sehari-hari juga bukan bapak yang sekarang kami hadapi. Mungkin rasa sakit yang bapak rasakan sudah mengalahkan bapak yang dulu sangat kuat dan tegar.

Suatu hari, ibu menceramahi lagi suatu hal dari sekian ratus ceramahnya (yang aku paham pasti ibu juga merasakan kelelahan, bahkan lebih lelah dari diriku), "namanya juga takdir, teh"

Iya, aku tau ini takdir, ucapku dalam hati.

Tapi kan ini takdir yang sebenarnya bisa dicegah! Andai saja bapak tidak merokok, andai saja bapak tidak suka begadang, dan andai saja bapak rajin olahraga, tentu saja mungkin keadaannya bisa berbeda dari sekarang.

Mungkin saja kita sekeluarga bisa bertarawih bersama ke masjid seperti biasa, mungkin saja kita sekeluarga bisa berbuka sesekali di luar bersama, dan pengandaian-pengandaian lain yang aku buat.

Tetap saja, keadaan yang saat ini merupakan keadaan yang harus dihadapi, bukan?

Mungkin Allah sayang pada keluarga kami sehingga kami dihadapkan dengan cobaan seperti ini, supaya kami sekeluarga tau betapa nikmat yang sederhana yang kami rasakan di ramadhan-ramadhan seperti biasa merupakan nikmat yang harus disyukuri. Karena mungkin tidak setiap tahun kami, dan kita semua bisa merasakan nikmat yang sederhana itu.

Mungkin Allah memberi teguran supaya kita bisa lebih mensyukuri nikmat yang sederhana itu kelak. Mungkin.

Senin, 24 April 2017

My First Crush

Akhir-akhir ini saya sering sekali mendengar kabar tentang pernikahan, pasangan, dan lain-lain. Haah, meskipun saya sebenarnya belum berminat untuk menuju ke pelaminan, akan tetapi sebagai seorang single yang ingin memiliki pasangan hidup (asiik), saya merasa sedikit 'terganggu'. Terganggu? Bukan, bukan karena saya dengki dengan kebahagiaan mereka yang sudah mendapat pasangan (but a little, hehe), akan tetapi karena saya belum bertemu dengan 'that person' yang benar-benar membuat saya merasa bahwa saya harus berbagi hidup dengannya.

Ketika saya sudah mengetahui apa itu perasaan 'suka', kemudian menyukai seorang laki-laki, saya selalu memendam perasaan itu. Belum pernah secara terang-terangan saya bilang "saya suka kamu". Alasannya simpel, pertama karena malu. Malu karena saya merasa belum begitu 'cantik', 'solehah', dan 'pintar' untuk bisa mencintai seorang laki-laki. Kedua, karena saya sendiri belum siap menapaki jenjang yang lebih jauh.

Dua alasan diatas tidak berlaku ketika saya duduk di sekolah dasar. Dahulu saya merasa masa bodo untuk hal-hal seperti ini, hehe, (Can you imagine how bad I was?). Itu pun bukan rasa suka yang benar-benar "menyukai" (mungkin) karena teman-teman sekeliling saya pada saat itu juga rata-rata memiliki 'crush'. Alasannya karena lingkungan, tidak lebih. Kecuali seseorang yang saya temui kurang lebih 13-14 tahun lalu.

Saya dan dia bersama dalam dalam satu sekolah dan (juga) satu mobil antar jemput. Sebagaimana anak kelas 3 SD seperti biasa, saya masih suka bermain-main dengan semua teman. Tapi ada satu teman yang saya merasa beda dengan yang lain. Banyak kebaikan yang dia lakukan pada saya kalau diingat-ingat, meskipun pada saat itu saya tidak menyadari kalau sebenarnya yang dia lakukan pada saya itu baik banget (kalau misal dia lakukan itu sekarang, kali aja saya sudah baper).

Kebaikan dia yang saya ingat adalah meminjamkan saya krayon dan mengajari saya mewarnai. Iya, simpel. Dia adalah seorang yang lumayan hebat dalam mewarnai, dibuktikan dengan piala lomba mewarnai yang mungkin sudah tidak terhitung bahkan ketika baru duduk di kelas 3 SD. Mungkin dia adalah satu dari sekian anak yang memiliki krayon dengan warna lebih dari 12 buah, suatu hal yang langka pada saat itu. Singkat cerita, pada pelajaran kesenian, dia menghampiri saya dan melihat gambar saya. Kemudian dia memberi saran pada saya untuk mewarnai gambar yang telah saya buat dengan teknik gradasi. Waw, sebagai anak kelas 3 yang belum mengetahui teknik gradasi, saya dibuat kagum olehnya. Saya juga diperbolehkan untuk meminjam krayon dia yang banyak macam warnanya.

Selain kebaikan hatinya, saya juga merasa 'nyambung' ketika ngobrol dengannya. Obrolan yang paling saya ingat pada saat itu adalah obrolan mengenai episode terakhir drama korea 'Endless Love' yang pada saat itu sedang tayang di salah satu tv swasta. Kami mengobrol banyak tentang bagaimana akhir cerita dari drama korea tersebut. Dan yang paling saya ingat pada saat itu adalah dia memperagakan ketika tokoh utama yang mati karena tertabrak. Sungguh pembicaraan anak SD kecepetan puber karena nonton drama korea.

Terakhir saya bertemu dia adalah ketika kelas 3 SD, karena tahun selanjutnya saya pindah ke sekolah yang lebih jauh dari rumah saya. Dan dia? Dia juga pindah sekolah juga. Katanya dia pindah ke pondok pesantren hafalan Quran, saya lupa apa namanya dan dimana daerahnya. Pernah suatu hari, pada saat saya bermain dengan teman saya yang dahulu satu sekolah dengan saya, teman saya bercerita bahwa dia pernah satu kali mengunjungi sekolah kembali. Katanya dia menjadi lebih kurus dari saat kelas 3 SD.

Bagaimana rupanya sekarang? Bagaimana keadaannya sekarang? beberapa pertanyaan tersebut sempat terlintas. Tapi, hey. buat apa? Interkasi yang pernah terjadi di masa lalu antara kita sekarang hanya sebagai kenangan. Toh aku yakin dia sekarang menjalani hidupnya dengan baik. Aku percaya hal itu karena dia adalah orang baik, dan aku percaya Allah akan selalu menjaga orang baik.

And I believe he is still a kind person as I know.

Selasa, 11 April 2017

Just a little review about my favourite "mind blowing" movies

Sebenarnya, beberapa minggu lalu ku berniat untuk rajin nulis review film, terutama sehabis nonton 3 film ini, rasanya gatel banget pingin nulis reviewnya.

Jadi 3 film ini ku pribadi suka karena film ini nggak cuma sekedar hiburan, tapi banyak unsur (terutama unsur psikologis) yang bisa membuat kita berkontemplasi (asiik).

3 film ini sebenarnya sama-sama bagus menurutku pribadi. Mungkin karena aku pribadi suka sama jenis film yang "mind-blowing" dengan ending yang tidak terduga, jadi aku amat sangat menikmati ketiga film ini. Meskipun ada beberapa kritikus film yang memberi kritik pada salah satu film dari yang ku tulis ini, tapi wajar lah ya, namanya juga karya :)

Catatan, post ini mengandung sedikit spoiler, jadi maaf ya yang belum nonton dan nggak suka spoiler, hehe. Yuk langsung aja..*drumrolls*

1. The Girl on The Train

Yap, ini film menurutku bagus banget. Film ini menceritakan tentang Rachel yang punya masalah dengan alkohol. Masalah dengan alkoholnya ini sangat berkaitan erat dengan masa lalu dia. Rachel ini setiap hari naik kereta yang melewati depan rumahnya dulu dengan mantan suaminya, dan juga bersebelahan dengan rumah seorang gadis yang setiap hari dia perhatikan. Suatu hari dia menemukan hal yang tidak biasa dengan gadis yang setiap hari dia perhatikan, dan buum.. terjadilah sesuatu hal yang membawa dia untuk berhubungan dengan masa lalunya. Kurang lebih seperti ini cerita garis besarnya. 

Kenapa film ini menjadi salah satu film "mind-blowing" favorit? Karena film ini sangat-sangat membuat kita menduga-duga akhirnya akan seperti apa. Kita nggak akan tau hubungan antar cerita kalau kita nggak lihat adegan per adegan karena adegan yang disajikan ke penonton sangat berkaitan. Penonton juga diberikan teka-teki yang kompleks untuk dipecahkan karena dari awal film kita tidak diberitahu siapakah dalang dibalik semuanya. Film ini juga dapat dikatakan bagus karena pengambilan sudut pandang tidak cuma dari satu tokoh, tapi dari sudut pandang beberapa tokoh yang membuat cerita menjadi suatu sudut pandang yang utuh. Dan akting dari para pemainnya juga sangat bagus. 

2.  A Man and a Woman 


Menurutku, film ini adalah salah satu film korea yang "ngena" tapi nggak lebay. Film ini menceritakan tentang seorang pria dan seorang wanita yang sama-sama sudah memiliki pasangan dan anak, akan tetapi tidak merasa nyaman dengan pernikahan mereka masing-masing. Dipertemukan dalam suatu acara perkemahan anak masing-masing, makin lama mereka menjadi semakin dekat. Mereka merasa bisa mencurahkan dan menerima kenyamanan satu sama lain yang tidak mereka dapatkan bersama pasangan mereka. Semakin mereka dekat, semakin banyak konflik yang terjadi dalam rumah tangga mereka. Mereka pun pada akhirnya harus memilih antara keluarga yang sudah mereka bangun atau kenyamanan yang mereka rindukan.

Meskipun tidak se"mind-blowing" film sebelumnya, jujur film ini juga memiliki akhir cerita yang tidak terduga. Justru dengan akhir cerita yang tidak terduga itu, cerita dari film tidak terkesan dipaksakan. Kalau bisa dibilang, film ini menggambarkan kehidupan pernikahan modern yang sangat dekat dengan realita. Pengambaran konflik yang dialami masing-masing tokoh disampaikan dalam film dengan sangat bagus, terlihat dari bagaimana film dapat memperlihatkan kompleksitas konflik yang dialami oleh masing-masing tokoh dari sudut pandang tokoh tersebut. 

Dan lagi, yang membuat bagus film ini (sangat subjektif kalau ini) adalah Gong Yoo Ahjussi, haha. But, it's broke my heart for seing he did (many) erotic acts :''' 

3. The Butterfly Effect

Nah, kalau ini bener-bener film yang sangat mind blowing dan tidak terduga. Film ini menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Evan yang bisa mengubah masa depannya dengan mengubah sedikit bagian dari masa lalunya (nah loh bingung kan). Setiap kali ia mencoba mengubah masa lalunya, justru terjadi konsekuensi-konsekuensi lebih buruk yang tidak ia inginkan. 

Film ini menurutku sangat bagus karena beberapa hal. Pertama film ini sangat membuat penonton berpikir kelanjutan apa yang terjadi pada Evan. Meskipun di awal film agak sedikit membosankan, tapi di tengah film sampai akhir film, kita selalu dibuat berpikir bagaimana kelanjutan film ini. Selain itu, film ini juga memiliki kompleksitas cerita yang tinggi, dan kalau nggak nonton  dari awal dijamin akan bingung. 

Meskipun ada beberapa kritik terhadap film ini, tapi aku pribadi sangat tersentuh dengan film ini. Film ini membuatku berpikir lagi apakah sebenarnya hidup kita yang sekarang adalah hidup yang terbaik untuk kita. Jangan sampai kita menginginkan jalan hidup lain bagi kita, akan tetapi kita akan menyesal ketika suatu saat ketika kita memiliki kesempatan untuk mengubah hidup kita menjadi hidup yang dulu sangat kita inginkan. Bisa jadi hidup kita yang saat ini kita jalani memang hidup yang terbaik bagi kita dan orang-orang sekitar kita. Sederhananya, film ini membuat kita berpikir untuk terus mensyukuri hidup yang kita jalani sekarang.

Happy watching and contemplating :)

note : sumber foto dari google image

Senin, 27 Maret 2017

Tentang mimpi yang baru (dan mimpi yang tertunda)

Sesungguhnya post ini ditulis bukan karena aku tidak bersyukur atas apa yang aku dapatkan, sama sekali tidak. Post ini kutulis sebagai refleksi atas apa yang sebenarnya ku kejar dalam hidup ini.

Post ini berawal dari ketidakpuasanku selama berkuliah di salah satu universitas (yang katanya) terbaik di Indonesia. Entah kenapa selama hampir 3 tahun berkuliah disini, aku merasa tidak menikmati perkuliahan yang ada. Meskipun aku bersyukur dipertemukan dengan banyak orang baik, orang-orang hebat, akan tetapi tetap aku merasa ada yang kurang dalam hidup selama berkuliah disini.

Pada awal masuk, seperti kebanyakan mahasiswa baru, aku memiliki banyak mimpi meraih prestasi di kampus ini. IPK cum laude, pertukaran pelajar di luar negeri, dan lain-lain. Mimpi-mimpi itu kandas karena berbagai hal, seperti energi yang habis hanya karena memikirkan bagaimana caranya beradaptasi di lingkungan kampus. Entah berapa banyak liter air mata yang habis hanya karena hal sepele, salah satunya karena memikirkan apa yang sebenarnya aku kejar selama ini?

Menyesalkah aku? bisa dikatakan mungkin sedikit menyesal. Andai saja waktu itu aku berpikir lebih lama, andai saja waktu itu aku lebih memperhatikan apa yang sebenarnya aku inginkan, andai saja waktu itu aku sedikit lebih egois, dan banyak lagi andai-andai lain. Pada awalnya aku berpikir bahwa materi dan relasi merupakan keunggulan yang bisa aku dapat selama berkuliah disini. Ternyata untuk mendapatkan dua hal itu, aku harus mengeluarkan energi yang sangat besar, yang menurutku sangat tidak sebanding dengan apa yang aku dapat. Sungguh tidak sebandng.

Lalu, sebenarnya apa yang aku kejar? Pertanyaan itu masih menghantui setiap saat selama 3 tahun ini. Mungkin jika aku memang ingin mengejar apa yang orang-orang sebut dengan "keren", aku bisa berjuang untuk mendapatkannya. Mungkin jika aku memang ingin bertahan disini, aku akan berusaha lebih keras hingga tidak ada energi lagi yang tersisa. Tapi ternyata tidak, aku tidak menginginkan semua itu.

Yang sebenarnya aku inginkan adalah sebuah tempat hangat dimana aku bisa merasa aman dan nyaman berada disana. Yang aku inginkan adalah sebuah tempat dimana aku bisa menjadi diri sendiri. Tempat dimana aku bisa menyebut itu sebagai "rumah"

Dan mungkin itu mimpi baruku, sebuah mimpi yang tertunda.

Minggu, 19 Maret 2017

Sebuah Kata Cinta

Rey, kita sudah lama bersama, tidakkah itu cukup bagimu? Kita sudah mengalami hari baik dan hari buruk bersama. Aku tau segala kekuranganmu, begitupun kamu. Kita sudah berjanji akan melawan dunia beserta segala kekejaman dan keputusasaan yang ada didalamnya, dan kau tau itu. Bukankah kita saling mendukung satu sama lain?

Perubahan dirimu kurasakan pada suatu hari, ketika datang seorang pria dalam hidup kita. Aku melihat perubahan wajahmu saat aku menatapnya. Emosi yang menunjukan bahwa kau cemburu padanya.

Aku meyakinkanmu, "Tenanglah, persahabatan kita tidak akan berubah. Kita masih bisa jalan bareng, kan?"

Tapi kau ingin lebih dari sekedar persahabatan. Mungkin kau tidak ingin ada orang lain di antara kita. Mungkin kau ingin hanya kita berdua melawan dunia.

Maka, pada suatu malam, kau datang ke apartemenku, membawa sebuah senjata yang aku sendiri tidak menyangka kau bisa mendapatkannya darimana. Kau berkata bahwa kau sangat membutuhkanku dan tidak ingin ku dekat dengan pria lain. Ku lihat keputusasaan di wajahmu, sama seperti keputusasaanmu pada tahun-tahun yang kita lewati bersama.

Sama sepertiku, dengan keputusasaanku terhadap kehidupan dunia.

Maka, ku menghampirimu, dan memelukmu erat. Kau menjatuhkan senjatamu dan membalas pelukanku. Kita menangis bersama.

"Aku mencintaimu", katamu. "Bisakah kita melawan dunia hanya berdua saja?"

Aku mengangguk dalam pelukanmu. Kini ku tau, ku sudah terikat dalam keputusasaan bersamamu.  

Sabtu, 21 Januari 2017

Mr Slasherhand

Membosankan, kelas tambahan Mr Jack sore itu sama seperti hari-hari biasa. Mr Jack di depan membahas soal-soal yang tipenya sama seperti hari-hari sebelumnya. Ujian akhir dan ujian masuk universitas akan datang sebentar lagi, maka dari itu mungkin kejenuhan belajar sudah berada di ubun-ubun setiap murid karena setiap hari harus menghadapi soal yang sama jenisnya. Di barisan bangku belakang, teman-teman mulai berbisik-bisik membahas hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran. Beberapa terlihat melamun. Tetap saja beberapa murid tetap memperhatikan Mr Jack, termasuk aku.

Mr Jack adalah seorang guru muda yang baru beberapa minggu berada di sekolah, menggantikan guru kami yang cuti melahirkan. Tak bisa dipungkiri, wajahnya cukup tampan dan badannya cuk up tegap. Jika kamu bertemu dia di pusat perbelanjaan, mungkin kamu tidak akan menyangka bahwa ia adalah seorang guru. Caranya berpakaian sangat rapi, terlihat dari rambut yang selalu tersisir rapi, kemeja yang selalu terlihat sehabis disetrika, dan sepatu yang selalu hitam seperti habis disemir. Mr Jack juga selalu wangi, selalu tercium wangi peppermint disamping wangi parfumnya yang khas.

Tak hanya penampilannya, dari caranya berbicara juga menunjukan bahwa ia memiliki kharisma yang khas. Nada bicaranya tenang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Ia juga memiliki selera humor yang baik. Terkadang, ketika moodnya sedang baik, ia bisa mengeluarkan berbagai macam lelucon yang membuat seisi kelas tertawa.

Ia juga baik hati, kepada siapapun, termasuk aku. Sejak pertama kali masuk kelas, aku mungkin sudah menyukai Mr Jack. Terlebih ketika ia menyebut namaku dan menanyakan apa novel yang kusukai. “The Phantom of the Opera”, jawabku. Ia pun  tersenyum dan berkata, aku juga suka novel itu. Sejak saat itu, aku suka berbicara dengan Mr Jack. Sesekali datang ke ruangannya, yang dulunya adalah ruangan guru kami yang sedang mengambil cuti, untuk berbincang-bincang mengenai novel. Aku juga beberapa kali meminjam novelnya. 

Apakah aku berharap lebih? Tidak. Aku hanya menganggapnya sebagai guru yang menyenangkan. Begitu pula mungkin Mr Jack hanya menganggapku sebagai murid yang menyenangkan untuk diajak bicara. Lagipula, aku sudah memiliki seorang yang kuperhatikan di kelas, ketua tim basket sekolah. Walaupun mungkin perasaan ini hanya bertepuk sebelah tangan karena si ketua tim basket sekolah juga digosipkan dekat dengan temanku seorang ketua tim debat sekaligus ketua organisasi siswa di sekolah. Tapi bagiku tidak apa, toh, aku menikmati rasa suka ini.

Kelas sore itu diakhiri oleh pertanyaan Mr Jack. “Menurut kalian, siapa hipokrit yang paling jujur”

Seisi kelas terheran-heran. Semua berbisik. Beberapa mengerutkan kening seakan sedang memikirkan jawabannya. Kemudian, Mr Jack membuka website berita yang ditayangkan pada proyektor depan kelas. Berita tentang The Slasherhand.

Seorang murid bertanya, “ Mengapa kau bisa berpendapat seperti itu?”

Mr Jack menaikan alisnya. Kemudian ia tersenyum, “ Well, karena tidak seperti kebanyakan orang. Ia tidak menyembunyikan sisi jahatnya. Pun ketika Ia tertangkap suatu hari nanti, mungkin Ia tidak akan mengelak dan mengakui kejahatannya”

The Slasherhand, julukan bagi penjahat kriminal yang akhir-akhir ini menewaskan beberapa orang dengan cara yang tidak pantas, yaitu dengan menyayat leher korban secara horizontal. Tidak ditemukan adanya bekas penganiayaan dan perkosaan pada tubuh korban. Anehnya juga, tidak ditemukan bukti-bukti yang membawa penyidik kepada sosok asli The Slasherhand. Korban juga tidak ditemukan memiliki hubungan satu sama lain, seakan The Slasherhand memilih korbannya secara acak. Sejauh ini, sudah ada sekitar 12 korban yang semuanya berjenis kelamin perempuan dengan usia sekitar 17-23 tahun. Diperkirakan kematian korban pada waktu sore menjelang malam, dan ditemukan keesokan paginya.

Bel pun berbunyi. Murid-murid merapikan tasnya dan keluar satu persatu. Mr Jack duduk sejenak di kursinya dan terlihat menuliskan beberapa hal. Sambil membawa tasku, aku menghampiri Mr Jack.

“Mr Jack, aku ingin mengembalikan novel yang aku pinjam tempo hari”

Mr Jack menoleh, “Ya, tentu. Kamu mau menaruhnya di ruangan saya?”

“Baiklah”, kataku sambil mengangguk. Aku kemudian keluar kelas menuju ruangan Mr Jack.

Sekolah sudah sepi di sore hari. Hanya ada beberapa orang yang sedang berlatih basket di lapangan basket indoor. Sisanya hanya koridor kosong. Waktu sudah menunjukan bahwa sebentar lagi akan datang malam hari.

Aku memasuki ruangan Mr Jack. Ruangan ini disusun kembali oleh Mr Jack sehingga terlihat sangat rapi. Saking rapi dan bersihnya, seakan terlihat tidak ada debu setitikpun. Novel-novel milik Mr Jack tersusun rapi berdasarkan abjad penulis dan tahun terbit novel. Di samping meja Mr Jack, ada sebuah lemari kecil. Setiap memasuki ruangan Mr Jack, aku selalu penasaran dengan isi lemari itu karena sebelum Mr Jack datang, lemari itu tidak pernah ada.

Setelah aku menaruh novel di rak buku, aku tergoda untuk mengintip isi lemari itu. Aku menarik gagang lemari, ternyata tidak terkunci. Bau klorit bercampur dengan peppermint menguai ke udara. Ada map abu-abu serta tas ransel berwarna hitam di dalamnya. Ketika aku tergoda untuk membuka kedua hal itu, hati kecilku berkata ini bukan hal yang baik untuk dilakukan.

Tiba-tiba lampu ruangan mati. Aku terkejut. Detak jantungku meningkat dan napasku terengah-engah. Aku mulai mencari saklar lampu di samping pintu. Aku menekan saklar tersebut. Sial, tidak menyala. Aku mencoba menekan tombol saklar berkali-kali, tetap tidak menyala. Hingga kuputuskan untuk keluar dari ruangan, ternyata di depan ruangan sudah ada seseorang yang menungguku, Mr Jack!

Dengan senyumnya, Mr Jack menatapku. Senyumannya kali ini berbeda, seperti senyuman macan yang sudah menemukan mangsanya. Detak jantungku semakin cepat. Aku pun berlari meninggalkan koridor dan sekolah.

Hingga sampai pada ujung blok sekolah. Sekolahku berada di ujung kota sehingga kendaraan yang berlalu lalang tidak banyak. Gedungpun banyak yang ditinggalkan karena berbisnis di daerah itu tidak mendatangkan banyak keuntungan.

Oh, tidak. Aku lupa kalau bis sudah tidak melewati jalan di ujung blok sekolah pada waktu seperti ini, sehingga aku harus berjalan beberapa blok lagi hingga menemukan jalan raya. Tapi aku sudah tidak kuat berlari lagi.

Dengan napas terengah-engah, aku berhenti sejenak. Semburat merah sudah menanti di ujung horizon hendak memadamkan cahayanya. Angin malam mulai mengudara. Dari arah belakang, aku menghirup wangi yang tak asing lagi, wangi peppermint. Aku menoleh ke belakang. Ada sesosok bayangan tegap yang membawa sebilah pisau besar berjalan ke arahku. Aku membelalakan mata. 

Dengan mengumpulkan sisa- sisa kekuatan, aku berlari terus menyusuri beberapa blok.
Karena panik, aku tersadar bahwa aku berada pada sebuah jalan buntu. Tidak ada lagi tempat berlari maupun sembunyi. Wangi peppermint terus membuntuti, semakin dekat. Dengan segala kepanikan dan kebingungan, air mataku mulai menetes. Dari ujung jalan, mulai jelas terlihat sosok bayangan yang mengejarku, dengan senyumnya yang menawan dan mengerikan.


Mungkin akulah korban selanjutnya.      

Catatan :  

Cerita ini terinspirasi dari mimpi buruk yang aku alami, dengan beberapa perubahan. Tapi yang bagian dikejar-kejar itu benar adanya. Saking nyatanya, saat terbangun aku masih merasakan detak jantung yang meningkat. 

Kalau mau dihubungkan dengan teori dari Sigmund Freud, mungkin aku memiliki kecemasan akan suatu hal yang aku tekan (repression) sampai masuk ke alam bawah sadarku, kemudian kecemasan itu muncul dalam bentuk mimpi yang mengejar-ngejarku.

Alhamdulillah lah ya, dari mimpi bisa produktif menghasilkan cerita. Lain kali mungkin kalau mimpi, aku bikin cerita lagi.  

Tapi semoga mimpi selanjutnya adalah mimpi yang indah. 

Rabu, 18 Januari 2017

Sedikit Cerita tentang Jogja-Serpong-Cilimus

Post ini diawali dengan cerita Roadshow IAIC pada 14 Januari kemarin. Roadshow kali ini, seperti biasa, aku berangkat bersama teman-teman dari Jogja. Kami berangkat dari stasiun Lempuyangan pada pukul 15.30, dan sampai di stasiun Jatinegara lebih dari jam 12 malam. Karena satu dan lain hal, akhirnya kita memutuskan untuk memesan mobil untuk mengantar kami ke Serpong lewat aplikasi online (Thanks to technology!). Akhirnya kami sampai di Serpong sekitar pukul 2 pagi (dan tidak bisa tidur, hahaha).

Roadshow kali ini berbeda dengan tahun lalu. Pada tahun lalu, angkatan kami, Magnivic, yang menjadi kepala pelaksana roadshow 2015, sehingga terasa sekali sibuknya. Sedangkan Roadshow kali ini, angkatan kami menjadi angkatan penghibur dan pendukung adik-adik yang menjadi pelaksana Roadshow. Gabut, tapi tetap menyenangkan, karena untuk kesekian kalinya kami berkumpul bersama. Ah, guys, entah kenapa kerinduan untuk bertemu kalian tidak ada habis-habisnya :'''

Pada keesokan harinya, 15 Januari, aku dengan beberapa teman (Nilna, Mila, Alifa) pergi berjalan-jalan ke TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Terakhir aku kesana sekitar 2 tahun lalu, pada semester 2 di kuliah, dan tidak banyak yang berubah dari TMII (sepertinya). Disana kami menghabiskan waktu bersama, menaiki kereta gantung, mengunjungi museum keprajuritan, dan naik mobil wisata (yang ternyata bayar!). Sorenya, kami menonton pertunjukan Reog Ponorogo. Meskipun capek pada saat perjalanan pulang, kami merasa senang.

Lalu, esoknya, tanggal 16 Januari, aku pergi ke rumah Nenek di Cilimus, Kuningan. Karena tidak bisa dijemput, aku pergi ke Cilimus sendiri dari stasiun Cirebon. Sempat diPHPin juga sih, bilangnya bisa dijemput, eh ternyata nggak bisa dijemput akhirnya (sad.. :'''). Sedih awalnya, tapi dalam perjalanan, aku merasa senang karena itu pertama kalinya aku pergi ke Cilimus dari stasiun Cirebon untuk pertama kali, yeaaayyy :)

Sampai di rumah nenek, aku disambut oleh Ibu yang sudah lebih dulu sampai disana dari Semarang. Kemudian salim dengan nenek. Malamnya, aku makan hal yang baru pertama kali aku makan; Jengkol. Setelah makan jengkol, aku berkesimpulan ; ternyata jengkol itu enak! Tidak seperti yang dikatakan orang-orang, jengkol itu bau lah, ini lah. Apa salahmu, jengkol?  

Sampai saat ini, aku bersyukur atas banyak hal, termasuk ketidaklolosanku dalam GUIM (belum move on ya, fad?). Jika aku lolos GUIM pada saat itu, mungkin aku akan mendapatkan keluarga baru, tapi aku tidak bisa bersama dengan keluarga-keluarga yang selama ini sudah aku kenal, yang menyayangiku, dan menerimaku apa adanya. Aku tidak bisa menuntaskan rindu dengan mereka.

Pada akhirnya semua hal yang terjadi pada kita adalah yang terbaik ketika kita bisa mengambil hikmahnya, bukan?
Bersama teman-teman Magnivic di Roadshow 2016 (sebagai tim hore)

Di depan gapura Museum Indonesia, TMII