Teruntuk dirimu yang terasa begitu jauh, padahal ada di hadapanku...
Hanya dengan melihatmu, aku tau bahwa diriku telah tertarik olehmu,
kedalam suatu dimensi yang kusebut harapan dan imaji...
Karena sejak saat itu,
senyum yang biasa kau beri pada semua orang,
kuanggap sebagai sesuatu yang istimewa...
Sapaan yang biasa kau beri pada semua orang,
kuanggap sebagai sapaan hanya untukku seorang...
Bahkan matamu yang tak segaja menatapku sekejap,
kuanggap sebagai sebuah tatapan spesial...
Mungkin itulah alasan mengapa banyak orang yang patah hati
ketika tau bahwa orang yang ia sukai
tidak memiliki rasa yang sama...
Itu semua karena mereka terlalu percaya
dengan harapan dan imaji yang mereka bangun...
Mereka tidak menyadari, bahwa sapa, senyum dan salam
yang diberi oleh seseorang yang mereka sukai
adalah sesuatu yang biasa, tak lebih..
Ada satu kemungkinan lagi kenapa orang patah hati...
Itu karena mereka tidak menyadari,
mungkin memang Sang Pengatur sudah mengatur semuanya
mungkin memang Yang Maha Tau, sudah merencanakan
siapa yang terbaik untuk memberi senyum, sapa dan salam
yang akan mengisi hari-hari mereka
di dunia dan akhirat...
Maka dari itu,
jika memang sapa, senyum dan salam darimu
adalah sesuatu hal yang biasa, bukan sesuatu spesial yang ditujukan untukku,
Aku sudah siap,
karena aku tau, bahwa ada yang lebih baik untukku
yang telah dipersiapkan oleh-Nya...
Terimakasih untukmu,
yang telah membuatku sadar,
bahwa ada yang lebih baik daripada memikirkan dirimu,
yaitu memikirkan diri-Nya...
Salam, dari sang petualang jiwa...
Kamis, 18 September 2014
Kamis, 04 September 2014
Sebuah Catatan dari Seorang Pemula dalam Berfilsafat.
Sebuah tugas membuahkan sebuah hikmah yang bisa direnungkan...
Seperti tugas bagi mahasiswa baru, yaitu mewawancarai senior, dosen dan karyawan. Banyak hal yang akhirnya saya renungkan sebagai mahasiswi baru fakultas psikologi. Satu pertanyaan yang menjadi garis besar adalah, 'Apa alasanmu masuk jurusan psikologi?'
Mungkin itu adalah pertanyaan yang 'mainstream' bagi semua orang yang masuk jurusan psikologi. Tapi dari satu pertanyaan 'mainstream' itu, bisa muncul berbagai jawaban yang 'anti mainstream'. Diantaranya adalah jawaban yang saya jawab dari pertanyaan saya sendiri selama ini, mungkin ini adalah satu dari sekian banyak jawaban 'anti mainstream' yang aku dapatkan dari tugas wawancara tersebut.
'Apa alasanmu masuk jurusan psikologi?'
Jujur saja, selama ini saya tidak pernah memikirkan jurusan lain selain psikologi. Semasa kelas 3 SMA, semua pilihan jurusan lain selain psikologi hanya supaya saya memiliki pilihan lain selain psikologi. Selain itu, hati saya sudah jatuh pada ilmu psikologi.
Jika dulu sewaktu SMA ditanya, 'Memangnya apa saja yang dipelajari di jurusan psikologi?'. Saya hanya bisa menjawab 'Entah, sesuatu hal tentang manusia pastinya..'. Karena saya memang tidak peduli dengan kurikulum apapun, belajar pelajaran apa di semester berapa, dan hal-hal detil lainnya mengenai sistem pembelajaran di jurusan psikologi. Saya memilih psikologi hanya karena saya suka mempelajari manusia, titik.
Manusia menurut saya adalah hal terunik yang bisa dipelajari. Manusia adalah makhluk yang diberi akal oleh Tuhan, dan manusia bisa mempelajari dan meneliti tentang apapun. Namun, bagi saya, mempelajari ilmu psikologi adalah kunci bagi semua ilmu. Teringat kata-kata senior yang sangat membekas di hati, 'Biar saja mahasiswa apapun belajar tentang hal apapun, namun tetap saja kita yang mempelajari mereka'.
Mengenai pendapat saya tentang 'mempelajari ilmu psikologi adalah kunci bagi semua ilmu' adalah pendapat subjektif dari pandangan dan hasil dari pengamatan saya sendiri sebagai seorang manusia yang mencoba untuk berpikir secara dewasa. Pada zaman modern ini, banyak huru-hara yang terjadi di muka bumi, kerusuhan, peperangan, konflik antar sesama, semua itu dimulai dari satu makhluk Tuhan bernama manusia. Begitu juga keberhasilan-keberhasilan yang terjadi di muka bumi, kemajuan teknologi, kesejahteraan masyarakat, semua itu dimulai dari satu makhluk Tuhan yang juga bernama manusia.
Manusia bisa mempengaruhi manusia lain, dan manusia bisa mempengaruhi keadaan sekitarnya.
Manusia bisa mengendalikan emosinya, dan manusia bisa mengendalikan prilakunya.
Tapi diatas semua itu, manusia tidak mampu mengubah takdir Tuhan yang sudah digariskan padanya.
Manusia karena rasa kemanusiaannya bisa menolong manusia yang sudah tidak dianggap manusia oleh manusia lain. Namun ada saja manusia yang tidak memiliki rasa kemanusiaan karena memandang sebelah mata kepada manusia yang membantu manusia yang oleh manusia lain tidak dianggap manusia.
Karena manusia, manusia lain bisa merasa menjadi manusia karena diperlakukan menjadi manusia.
Karena manusia pula, manusia lain bisa merasa bukan manusia karena tidak diperlakukan selayaknya manusia.
Karena manusia, manusia merasa bahwa dia hidup, ada dan nyata.
Karena manusia pula, manusia merasa bahwa dia mati, tiada, dan semu.
Karena keyakinan yang dimiliki manusia, semua hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Karena keputusasaan yang dimiliki manusia, semua hal yang mungkin menjadi tidak mungkin.
Karena kebijaksanaan manusia, semua hal di dunia menjadi bermakna.
Karena kegusaran manusia, semua hal di dunia menjadi sia-sia.
Karena manusia, dunia mengenal kata cinta.
Karena manusia, dunia mengenal berbagai ilmu.
Dan karena manusia, maka ilmu psikologi itu ada.
Salam, dari Sang Petualang Jiwa...
Seperti tugas bagi mahasiswa baru, yaitu mewawancarai senior, dosen dan karyawan. Banyak hal yang akhirnya saya renungkan sebagai mahasiswi baru fakultas psikologi. Satu pertanyaan yang menjadi garis besar adalah, 'Apa alasanmu masuk jurusan psikologi?'
Mungkin itu adalah pertanyaan yang 'mainstream' bagi semua orang yang masuk jurusan psikologi. Tapi dari satu pertanyaan 'mainstream' itu, bisa muncul berbagai jawaban yang 'anti mainstream'. Diantaranya adalah jawaban yang saya jawab dari pertanyaan saya sendiri selama ini, mungkin ini adalah satu dari sekian banyak jawaban 'anti mainstream' yang aku dapatkan dari tugas wawancara tersebut.
'Apa alasanmu masuk jurusan psikologi?'
Jujur saja, selama ini saya tidak pernah memikirkan jurusan lain selain psikologi. Semasa kelas 3 SMA, semua pilihan jurusan lain selain psikologi hanya supaya saya memiliki pilihan lain selain psikologi. Selain itu, hati saya sudah jatuh pada ilmu psikologi.
Jika dulu sewaktu SMA ditanya, 'Memangnya apa saja yang dipelajari di jurusan psikologi?'. Saya hanya bisa menjawab 'Entah, sesuatu hal tentang manusia pastinya..'. Karena saya memang tidak peduli dengan kurikulum apapun, belajar pelajaran apa di semester berapa, dan hal-hal detil lainnya mengenai sistem pembelajaran di jurusan psikologi. Saya memilih psikologi hanya karena saya suka mempelajari manusia, titik.
Manusia menurut saya adalah hal terunik yang bisa dipelajari. Manusia adalah makhluk yang diberi akal oleh Tuhan, dan manusia bisa mempelajari dan meneliti tentang apapun. Namun, bagi saya, mempelajari ilmu psikologi adalah kunci bagi semua ilmu. Teringat kata-kata senior yang sangat membekas di hati, 'Biar saja mahasiswa apapun belajar tentang hal apapun, namun tetap saja kita yang mempelajari mereka'.
Mengenai pendapat saya tentang 'mempelajari ilmu psikologi adalah kunci bagi semua ilmu' adalah pendapat subjektif dari pandangan dan hasil dari pengamatan saya sendiri sebagai seorang manusia yang mencoba untuk berpikir secara dewasa. Pada zaman modern ini, banyak huru-hara yang terjadi di muka bumi, kerusuhan, peperangan, konflik antar sesama, semua itu dimulai dari satu makhluk Tuhan bernama manusia. Begitu juga keberhasilan-keberhasilan yang terjadi di muka bumi, kemajuan teknologi, kesejahteraan masyarakat, semua itu dimulai dari satu makhluk Tuhan yang juga bernama manusia.
Manusia bisa mempengaruhi manusia lain, dan manusia bisa mempengaruhi keadaan sekitarnya.
Manusia bisa mengendalikan emosinya, dan manusia bisa mengendalikan prilakunya.
Tapi diatas semua itu, manusia tidak mampu mengubah takdir Tuhan yang sudah digariskan padanya.
Manusia karena rasa kemanusiaannya bisa menolong manusia yang sudah tidak dianggap manusia oleh manusia lain. Namun ada saja manusia yang tidak memiliki rasa kemanusiaan karena memandang sebelah mata kepada manusia yang membantu manusia yang oleh manusia lain tidak dianggap manusia.
Karena manusia pula, manusia lain bisa merasa bukan manusia karena tidak diperlakukan selayaknya manusia.
Karena manusia, manusia merasa bahwa dia hidup, ada dan nyata.
Karena manusia pula, manusia merasa bahwa dia mati, tiada, dan semu.
Karena keyakinan yang dimiliki manusia, semua hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Karena keputusasaan yang dimiliki manusia, semua hal yang mungkin menjadi tidak mungkin.
Karena kebijaksanaan manusia, semua hal di dunia menjadi bermakna.
Karena kegusaran manusia, semua hal di dunia menjadi sia-sia.
Karena manusia, dunia mengenal kata cinta.
Karena manusia, dunia mengenal berbagai ilmu.
Dan karena manusia, maka ilmu psikologi itu ada.
Salam, dari Sang Petualang Jiwa...
Langganan:
Postingan (Atom)