Rabu, 03 Juni 2015

Mengenang setahun berpisah denganmu, dengan kalian

Mengenang kembali sebuah kenangan
Mengenang kembali apa yang telah kita lalui
Bersama merajut mimpi untuk menjadi putra yang berbakti 

Tak mudah menjalani hari sebagai anak beasiswa negara
Tangis dan peluh mengiringi setiap langkah penuh perjuangan
Bersama – sama menuntut ilmu demi membangun Indonesia

Entah apa masa depan yang akan kita lalui
Tak ada yang mengetahui
Tapi doa kawan selalu menyertai

Dan pada tanggal itu,
30 Mei 2014
Hari dimana kita berdiri tegap
Dengan toga yang tergenggam mantap

Tangis haru menyeruak dalam pelukan
Antara bahagia telah menyelesaikan masa tempa
Dan juga bersedih karena akan berpisah

Dan pada pagi hari tanggal 31 Mei 2014,
Kita menyadari bahwa apa yang telah kita perjuangkan selama tiga tahun
Pada akhirnya hanya akan menjadi kenangan
Manis maupun pahit
Yang akan terus dan terus mengingatkan kita
Bahwa kita pernah punya keluarga yang sangat berharga

Selamat berjuang kawan
Tetaplah percaya
Bahwa  Indonesia bisa menjadi Indonesia yang lebih baik
Karena aku, kamu, dan kita semua
bermimpi hal yang sama selama tiga tahun bersama
Dan semoga hingga seterusnya

Doaku selalu bersamamu, bersama kita
Dan semoga begitu juga doamu

  

Minggu, 10 Mei 2015

Inspirasi dari pejuang intelektual Indonesia

Haah... Alhamdulillah akhirnya sempet juga nge-blog di tengah padatnya aktifitas. Semoga tulisan kali ini bisa menjadi penambah semangat juang bagi para pembaca ya, terutama saya, hehe :)

Tulisan kali ini bercerita tentang acara yang diselenggarakan tanggal 29 April 2015 kemarin di Balairung UI. Yap, acara itu adalah acara Mata Najwa On The Spot!

Sebelum hari H, kita harus menukarkan tiket online yang dikirim lewat email menjadi tiket yang sesungguhnya. Siang itu, suasana Balairung UI sudah sangaaat ramai. Untungnya, kami mendapatkan nomor tiket di bawah 3000, artinya kami bisa nonton di depan panggung. Rejeki emang nggak kemana :)

Tiba  hari H, Balairung sangaat ramai. Saya pun berjalan ke Balairung bersama 2 teman satu fakultas (baca: Lady dan Kak Nadia). Begitu masuk, tempat duduk yang berada di depan sudah terisi penuh. Dengan pertimbangan daripada kami duduk di bagian belakang yang notabene tidak terlihat jelas bentuk manusia di panggung, kami memilih untuk duduk di bagian samping panggung. Yah, lumayan kelihatan lah walaupun ketutupan abang kameramen.

Sebelum acara dimulai, MC masuk dan membagi-bagikan hadiah dari sponsor, dan setelah itu di panggung utama, tampil beberapa performer seperti Liga Tari UI dan juga Nidji. Kami menjadi lumayan terhibur dengan penampilan-penampilan yang menemani kita menunggu acara utama selama kurang lebih satu jam. Hehe...


Beberapa saat kemudian, masuklah Najwa Shihab dengan pakaian bernuansa pinknya. Kemudian, mbak Najwa bebrbicara sedikit tentang kenangannya masuk Universitas Indonesia. Dikatakan bahwa dulu ia belajar banyak hal di UI. Bahkan ia sengaja membawa jaket kuningnya dan memakainya di atas panggung!

Kemudian, dimulailah sesi satu. Di sesi satu, tampil pembicara-pembicara yang merupakan tokoh masyarakat, seperti Bu Khofifah, Pak Fahri Hamzah, Pak Johan Budi, dan Pak Rhenald Kasali. Mereka berbincang tentang pendidikan tinggi di Indonesia, yang merupakan hal penting dalam pembangunan bangsa. Disitu juga Pak Rhenald dan Bu Khofifah menampilkan persembahan berupa puisi yang berisi tentang harapan bagi anak bangsa.

Sebelum sesi dua, yaitu sesi Pak Habibie dimulai, kru metro tv memberikan aba-aba untuk barisan samping, yaitu barisan saya, agar pindah ke depan panggung persis dan duduk lesehan. Walaupun duduk lesehan, itu adalah hal yang benar-benar luar biasa karena saya bisa bertatap muka langsung dengan idola saya, yaitu Pak Habibie dengan jarak yang lumayan dekat. Alhamdulillah, rejeki nggak kemana :)

Dimulailah sesi 2, yang merupakan main event dari acara ini. Perbincangan Najwa Shihab dan Pak Habibie pun mengalir lancar, kebanyakan berisi tentang harapan Pak Habibie bagi anak bangsa. Kemudian Pak Habibie pun bercerita pertemuan pertamanya dengan Pak Soeharto. Beliau diminta oleh Pak Soeharto untuk mempersiapkan Indonesia menjadi bangsa yang unggul dalam bidang Teknologi. Ketika ditanya oleh Najwa Shihab mengapa Pak Habibie rela untuk meninggalkan hal yang sudah ia bangun di Jerman, beliau menyampaikan sebuah perkataan yang membuat saya terenyuh "Kalau bukan kita yang membangun bangsa ini, siapa lagi?"


     "Kita bukanlah kita jika tidak memiliki semangat juang...." 

      Sungguh semangat juang yang sangat tinggi dari pejuang intelektual bangsa kita.. :'')


Terakhir, Najwa Shihab bertanya mengenai pengalaman cinta Pak Habibie, yang sebelumnya ditampilkan pembacaan puisi oleh Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari. Disitu Pak Habibie bercerita bahwa beliau pernah menjalin hubungan dengan beberapa wanita, "saya kan pria normal.." demikian ucap beliau diiringi gelak tawa dari para penonton yang ada di Balairung pada saat itu. Yang membuat saya terharu adalah cinta sejatinya kepada ibu Ainun yang disebutnya sebagai 'Cinta Ilahi'. Beliau berkata bahwa walaupun Bu Ainun secara raga tidak hadir, tapi Pak Habibie tetap dapat merasakan kehadiran dari Ibu Ainun.

Kemudian, sebelum penghujung acara, naiklah Nidji ke atas panggung dan menampilkan sebuah lagu penutup. Di situ orang-orang sudah ramai berdesakan untuk bersiap-siap berfoto dengan idola mereka di atas panggung. Disitu, saya dan beberapa teman saya mencari cara agar dapat bertemu dengan Pak Habibie di balik panggung. Tapi ya sayangnya belum rejeki kita untuk bertemu :""

Intinya, saya merasa sangat beruntung dan bersyukur dapat melihat idola saya secara langsung di acara punya idola saya juga. Saya merasa sangat terinspirasi dengan beliau, bagaimana semangat juangnya, bagaimana mimipi-mimpi beliau terhadap bangsa ini. Semoga Tuhan selalu melindungi beliau, dan memberikan keberkahan pada beliau. Dan semoga saya bisa bertemu lagi suatu hari nanti :)

Salam, dari sang petualang :)

nb; acara ini tayang di Metro tv hari sabtu malam tanggal 9 Mei 2015. Mungkin yang berminat nonton bisa streaming di internet :)  

Minggu, 15 Maret 2015

Sebuah permintaan maaf untuk adik-adik didikku

Kepada adik-adik yang telah mendidikku selama satu semester

Maaf, mungkin hanya ini yang bisa kakak sampaikan
Karena tidak lagi bersama kalian di satu semester kedepan
Kalian tau kan, kakak harus berbagi ilmu yang kakak miliki dengan kakak kelas kalian
Kakak yakin kalian akan mendapatkan ilmu yang lebih banyak dengan kakak kalian yang sekarang

Maaf, mungkin hanya ini yang bisa kakak sampaikan
Karena selama satu semester kemarin
Kakak kurang sabar menghadapi kalian
Ketika kalian berlarian kesana kemari,
Ketika minimal salah satu dari kalian menangis setiap minggunya
Ketika perkataan lugu kalian yang terkadang tidak kalian sadari menyinggung perasaan kakak
Tapi hal-hal yang menyebalkan itulah yang sekarang kakak rindukan

Maaf, mungkin hanya ini yang bisa kakak sampaikan
Ketika kakak belum bisa memuaskan rasa ingin tahu kalian
Ketika kakak belum bisa lebih banyak bermain bersama kalian
Ketika kakak belum bisa mengerti apa yang kalian inginkan
Justru kakak pergi dari kalian, seakan menghindar
Padahal dalam hati, kakak ingin sekali belajar bersama kalian lagi

Tanpa kalian sadari, bukan kakak yang mendidik kalian
Sebenarnya kalianlah yang telah mendidik kakak
Menjadi pribadi yang tidak mudah marah
Menjadi pribadi yang selalu berusaha lebih memahami kalian
Menjadi pribadi yang selalu memikirkan pemecahan masalah yang terbaik

Dan kemarin, kakak melihat kalian dari jauh bersama dengan kakak kalian yang baru
Kalian terlihat begitu bersemangat
Dan seperti itulah kalian, setiap hari
Bagaikan burung burung yang berkicau di pagi hari
Dan kakak hanya bisa tersenyum lega karena kalian baik-baik saja sekarang

Selamat belajar, dik
Semoga kalian tetap semangat
Seperti yang kalian tunjukan pada kakak dahulu :)

Sabtu, 28 Februari 2015

malam minggu, kebaikan dan konsistensi

malam minggu, mungkin menurut sebagian orang, malam ini adalah malam yang tidak ramah bagi para jomblo.. eniwei, saya merupakan salah satu yang tidak sepakat dengan pernyataan tersebut. Justru sebagai jomblo saya merasa bahagia karena saya bisa bersantai di kamar, nonton video yang ingin saya tonton, dan juga menulis blog yang sudah lama menganggur...

yak, saya sedang menyindir diri saya sendiri, karena tidak konsisten dalam menulis blog...

apakah karena sekarang kesibukan dalam mengemban amanah yang bertambah?

apakah karena tugas kuliah yang kian hari kian menumpuk?

mungkin jawababnya adalah karena diri sendiri yang tidak mendisiplinkan diri untuk terus konsisten dalam menulis..

mungkin kita sering menyadari bahwa ada satu waktu dimana kita tidak lagi melakukan hal yang dulu secara rutin kita lakukan, dan mungkin hal tersebut lambat laun akan menjadi satu dari banyak kegiatan kita yang hilang seiring waktu berjalan..

mungkin kita butuh ruang kosong dalam diri kita untuk kembali merenungkan hal-hal apa saja yang telah kita lewati dalam hidup kita, hal-hal yang dulunya merupakan suatu kebaikan yang selalu kita lakukan namun hilang seiring dengan berjalannya waktu..

ya, mungkin ini merupakan waktu agar kita, dan saya bisa berusaha agar kembali konsisten untuk melaksanakan hal-hal baik..

mungkin...

salam :)

Minggu, 11 Januari 2015

Suatu Hikmah di Minggu Pagi

Nggak terasa bentar lagi udah mau hengkang dari semarang aja, padahal rasanya baru kemarin pulang ke semarang. Memang waktu berjalan begitu cepat...

Oh ya, mungkin aku mau share sedikit tentang minggu pagi hari ini..

Jadi ceritanya hari ini aku bertanggung jawab atas rumah, karena Ibuku sedang pergi ke luar daerah sejak hari sabtu untuk suatu keperluan pekerjaan. Dan ayahku memang hampir setiap hari pergi, entah itu mengajar di kampus atau mengurus pekerjaan  di luar kampus. Walhasil dari hari sabtu kemarin, akulah yang bertugas untuk memasak, mencuci piring, dan lain sebagainya. Untung saja ada mbak yang setiap hari kerja datang ke rumah untuk bantu cuci-setrika, jadi 2 pekerjaan itu tidak perlu kulakukan. Alhamdulillah berkurang beban, hehe..

Tapi ada yang berbeda di minggu pagi ini, hal yang membuatku sangat merindukan kehadiran ibu di rumah...

Bangun tidur pagi ini agak kesiangan yaitu sekitar jam 6, karena malamnya aku bergadang sampai jam 1 pagi. Saat bangun tidur, kulihat adikku sudah asyik dengan gamenya, mungkin dia sudah bangun sejak subuh tadi. Setelah shalat subuh, aku langsung mencuci piring,  memasak nasi, beres-beres rumah dan lain sebagainya.  

Jengah melihat adikku yang asyik tiduran dan hanya bermain game sedangkan aku yang beres-beres rumah, aku lalu meminta tolong adikku untuk belanja ke ibu sayur yang ada di dekat rumah dengan tujuan agar adikku itu sedikit menggerakan tubuhnya.

“dek, tolong beli wortel sama kol ya, kalau ada kentang sekalian beli kentang”

Setelah menerima uang, ia langsung keluar tanpa mematikan gamenya. Oke, mungkin dia mau melanjutkan nge-gamenya setelah belanja.

Tak lama kemudian, dia masuk kerumah dengan sekantong plastik. Dia ulurkan tangannya untuk memberiku belanjaan itu, kemudian dia meneruskan aktifitasnya tadi yang sempat terhenti. Setelah kulihat isinya...ternyata oh ternyata isinya berubah menjadi kol dan TIMUN!!!

Apa? TIMUN?!?

Ini dia efek akibat terlalu fokus pada game dan kurang memperhatikan instruksi...

Kesal, sontak aku marahi adikku yang sedang tiduran manis ini.

“Jangan main game sebelum buang sampah ke depan. Habis itu sarapan dulu sama mandi!Dari tadi habis subuh nge-game melulu!”

Astaghfirulah.. memang  aku sadar kalau dari segi psikologis, tidak baik kalau langsung memarahi, harusnya dikasih pengertian dulu ya.. Habis mau bagaimana lagi, jengkel sih..

Setelah emosi mereda dan urusan rumah selesai semua, aku pun duduk diam. Setelah dipikir-pikir, aku  yang baru dua hari saja bertanggung jawab untuk urusan rumah seperti ini bisa marah.

Tapi ibu tidak, Ibu selalu bisa mengerjakan semuanya. Mulai dari bangun subuh, memasak nasi, mencuci piring, dan lain sebagainya. Ibu selalu bisa mengerjakan semuanya. Mungkin akan terbantu sedikit apabila datang masa liburan ketika aku pulang ke rumah, itupun aku hanya membantu pekerjaan kecil seperti cuci piring dan menyapu. Memasak pun kalau ibu sedang ada pekerjaan.

Dan baru aku sadar Ibu melaksanakan rutinitas seperti ini sudah hampir 20 tahun lamanya. Memang dulu kami pernah punya mbak yang membantu full di rumah ketika adik-adikku masih bayi. Tetapi, setelah adikku yang paling kecil masuk TK, Ibu sudah tidak lagi mempekerjakan mbak tersebut. Jadi sudah hampir 8 tahun ibu mengurus rumah sendirian, apalagi aku sejak dulu sudah pergi dari rumah untuk sekolah di rantau.

Sungguh, aku kagum dengan ibuku yang memiliki kekuatan yang sangat banyak untuk membuat rumah tetap rapi, anak dan suami juga tetap terurus dengan makanan yang lezat dan bergizi. Pantas saja bahwa Rasulullah selalu berkata bahwa sebaik-baik ibadah seorang wanita adalah mengurus suami, anak dan rumahnya, karena memang ibadah tersebut bukanlah suatu hal yang mudah. Butuh kesabaran untuk bisa bertahan dengan rutinitas tersebut, apalagi selama puluhan tahun. *Apalagi kalau adikmu itu main game terus, nggak bantuin kakaknya, Ih, kesel..*

Ibu, cepatlah pulang, aku merindukanmu, hiks.. 

Semoga nanti aku bisa menjadi seorang ibu yang sehebat dan sesabar Ibu ya, Amin J



Nb: mungkin karena merasa kasihan dengan aku dan adikku, akhirnya bapakku keluar membeli wortel dan kentang sebelum pergi mengurus kerjaan. Terima kasih bapak, karena mu aku jadi bisa masak sop hari ini, hehe. Dan adikku? Mungkin dia merasa bersalah dan dia...pergi main ke rumah temannya setelah mandi.. Good! 

Sabtu, 03 Januari 2015

Apa Kabar, Semarang?

Apa kabar, Semarang?

Senang rasanya bisa kembali ke kampung halaman setelah beberapa bulan merantau ke daerah ibu kota untuk mencari ilmu. Bisa berkumpul bersama keluarga lagi, bisa melihat pemandangan kota tempat masa kecilku dihabiskan.. Yah, semua hal kecil yang indah itu lebih dari cukup untuk membayar penat setelah berbulan-bulan merantau...

Jadi, perjalanan menuju kampung halaman ini diawali dari stasiun Pasar Senen. Karena perjalanan dengan kereta ini adalah perjalanan pertamaku sendirian, maka aku meminta bantuan paman untuk mengantar ke stasiun, walaupun dengan tambahan penginapan dan makan gratis di huniannya, hahaha...

Perjalanan siang itu perjalanan yang cukup lama, tidur pun tak enak, apalagi di kursi kereta kelas ekonomi yang bisa dipakai untuk terapi 'duduk tegap grak'. Mulailah aku menghilangkan rasa bosan dengan melihat sekeliling, memperhatikan hal- hal kecil yang sering kali luput, seperti engsel-engsel kereta, stiker yang ada di jendela kereta, dan hal-hal kecil lainnya. Satu hal yang juga turut andil dalam mengusir kebosananku adalah anak-anak. Mungkin karena musim liburan, jadi banyak orangtua yang turut serta membawa anaknya berlibur. Lucu sekali melihat mereka yang bermain-main di gerbong kereta, padahal mereka baru saling mengenal sejak di dalam gerbong, atau bahkan mereka bermain-main tanpa saling mengenal?


Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 7 jam, aku pun tiba di stasiun Semarang Tawang. Disitu ibu sudah menunggu dengan jas hujan. Ya, siang itu turun hujan yang cukup lebat di Semarang. Dan disinilah aku, memotret Semarang yang diguyur hujan.


Esoknya, ibu mengajaku jalan-jalan di Semarang, apalagi selain untuk akhir tahun yang penuh diskon, hehe. Walaupun pada akhirnya, diskon itupun tidak kami kejar karena setelah dipikir lagi, kami tidak begitu membutuhkan barang-barang diskon tersebut. Dari diskon pun kami beralih ke salah satu supermarket di Semarang untuk membeli barang-barang kebutuhan di rumah.


Mungkin hanya cerita sederhana, akan tetapi cerita sederhana ini merupakan pengingat betapa berharganya rasa rindu yang terbalaskan ketika kita sudah tiba ke kampung halaman. Setelah berkali-kali mengalami pulang kampung, tetap saja rasa bahagia itu ada ketika kita berjumpa pada keluarga yang kita rindukan. Rasa yang membuat kita lebih bersemangat lagi untuk berjuang lebih baik setelah masa liburan selesai. Dan mungkin rasa ini akan aku alami sampai sisa hidup nanti. Yaah, siapa yang tau takdir akan membawa kita kemana?

Selamat liburan :)

Salam dari sang Petualang Jiwa