Minggu, 11 Januari 2015

Suatu Hikmah di Minggu Pagi

Nggak terasa bentar lagi udah mau hengkang dari semarang aja, padahal rasanya baru kemarin pulang ke semarang. Memang waktu berjalan begitu cepat...

Oh ya, mungkin aku mau share sedikit tentang minggu pagi hari ini..

Jadi ceritanya hari ini aku bertanggung jawab atas rumah, karena Ibuku sedang pergi ke luar daerah sejak hari sabtu untuk suatu keperluan pekerjaan. Dan ayahku memang hampir setiap hari pergi, entah itu mengajar di kampus atau mengurus pekerjaan  di luar kampus. Walhasil dari hari sabtu kemarin, akulah yang bertugas untuk memasak, mencuci piring, dan lain sebagainya. Untung saja ada mbak yang setiap hari kerja datang ke rumah untuk bantu cuci-setrika, jadi 2 pekerjaan itu tidak perlu kulakukan. Alhamdulillah berkurang beban, hehe..

Tapi ada yang berbeda di minggu pagi ini, hal yang membuatku sangat merindukan kehadiran ibu di rumah...

Bangun tidur pagi ini agak kesiangan yaitu sekitar jam 6, karena malamnya aku bergadang sampai jam 1 pagi. Saat bangun tidur, kulihat adikku sudah asyik dengan gamenya, mungkin dia sudah bangun sejak subuh tadi. Setelah shalat subuh, aku langsung mencuci piring,  memasak nasi, beres-beres rumah dan lain sebagainya.  

Jengah melihat adikku yang asyik tiduran dan hanya bermain game sedangkan aku yang beres-beres rumah, aku lalu meminta tolong adikku untuk belanja ke ibu sayur yang ada di dekat rumah dengan tujuan agar adikku itu sedikit menggerakan tubuhnya.

“dek, tolong beli wortel sama kol ya, kalau ada kentang sekalian beli kentang”

Setelah menerima uang, ia langsung keluar tanpa mematikan gamenya. Oke, mungkin dia mau melanjutkan nge-gamenya setelah belanja.

Tak lama kemudian, dia masuk kerumah dengan sekantong plastik. Dia ulurkan tangannya untuk memberiku belanjaan itu, kemudian dia meneruskan aktifitasnya tadi yang sempat terhenti. Setelah kulihat isinya...ternyata oh ternyata isinya berubah menjadi kol dan TIMUN!!!

Apa? TIMUN?!?

Ini dia efek akibat terlalu fokus pada game dan kurang memperhatikan instruksi...

Kesal, sontak aku marahi adikku yang sedang tiduran manis ini.

“Jangan main game sebelum buang sampah ke depan. Habis itu sarapan dulu sama mandi!Dari tadi habis subuh nge-game melulu!”

Astaghfirulah.. memang  aku sadar kalau dari segi psikologis, tidak baik kalau langsung memarahi, harusnya dikasih pengertian dulu ya.. Habis mau bagaimana lagi, jengkel sih..

Setelah emosi mereda dan urusan rumah selesai semua, aku pun duduk diam. Setelah dipikir-pikir, aku  yang baru dua hari saja bertanggung jawab untuk urusan rumah seperti ini bisa marah.

Tapi ibu tidak, Ibu selalu bisa mengerjakan semuanya. Mulai dari bangun subuh, memasak nasi, mencuci piring, dan lain sebagainya. Ibu selalu bisa mengerjakan semuanya. Mungkin akan terbantu sedikit apabila datang masa liburan ketika aku pulang ke rumah, itupun aku hanya membantu pekerjaan kecil seperti cuci piring dan menyapu. Memasak pun kalau ibu sedang ada pekerjaan.

Dan baru aku sadar Ibu melaksanakan rutinitas seperti ini sudah hampir 20 tahun lamanya. Memang dulu kami pernah punya mbak yang membantu full di rumah ketika adik-adikku masih bayi. Tetapi, setelah adikku yang paling kecil masuk TK, Ibu sudah tidak lagi mempekerjakan mbak tersebut. Jadi sudah hampir 8 tahun ibu mengurus rumah sendirian, apalagi aku sejak dulu sudah pergi dari rumah untuk sekolah di rantau.

Sungguh, aku kagum dengan ibuku yang memiliki kekuatan yang sangat banyak untuk membuat rumah tetap rapi, anak dan suami juga tetap terurus dengan makanan yang lezat dan bergizi. Pantas saja bahwa Rasulullah selalu berkata bahwa sebaik-baik ibadah seorang wanita adalah mengurus suami, anak dan rumahnya, karena memang ibadah tersebut bukanlah suatu hal yang mudah. Butuh kesabaran untuk bisa bertahan dengan rutinitas tersebut, apalagi selama puluhan tahun. *Apalagi kalau adikmu itu main game terus, nggak bantuin kakaknya, Ih, kesel..*

Ibu, cepatlah pulang, aku merindukanmu, hiks.. 

Semoga nanti aku bisa menjadi seorang ibu yang sehebat dan sesabar Ibu ya, Amin J



Nb: mungkin karena merasa kasihan dengan aku dan adikku, akhirnya bapakku keluar membeli wortel dan kentang sebelum pergi mengurus kerjaan. Terima kasih bapak, karena mu aku jadi bisa masak sop hari ini, hehe. Dan adikku? Mungkin dia merasa bersalah dan dia...pergi main ke rumah temannya setelah mandi.. Good! 

Sabtu, 03 Januari 2015

Apa Kabar, Semarang?

Apa kabar, Semarang?

Senang rasanya bisa kembali ke kampung halaman setelah beberapa bulan merantau ke daerah ibu kota untuk mencari ilmu. Bisa berkumpul bersama keluarga lagi, bisa melihat pemandangan kota tempat masa kecilku dihabiskan.. Yah, semua hal kecil yang indah itu lebih dari cukup untuk membayar penat setelah berbulan-bulan merantau...

Jadi, perjalanan menuju kampung halaman ini diawali dari stasiun Pasar Senen. Karena perjalanan dengan kereta ini adalah perjalanan pertamaku sendirian, maka aku meminta bantuan paman untuk mengantar ke stasiun, walaupun dengan tambahan penginapan dan makan gratis di huniannya, hahaha...

Perjalanan siang itu perjalanan yang cukup lama, tidur pun tak enak, apalagi di kursi kereta kelas ekonomi yang bisa dipakai untuk terapi 'duduk tegap grak'. Mulailah aku menghilangkan rasa bosan dengan melihat sekeliling, memperhatikan hal- hal kecil yang sering kali luput, seperti engsel-engsel kereta, stiker yang ada di jendela kereta, dan hal-hal kecil lainnya. Satu hal yang juga turut andil dalam mengusir kebosananku adalah anak-anak. Mungkin karena musim liburan, jadi banyak orangtua yang turut serta membawa anaknya berlibur. Lucu sekali melihat mereka yang bermain-main di gerbong kereta, padahal mereka baru saling mengenal sejak di dalam gerbong, atau bahkan mereka bermain-main tanpa saling mengenal?


Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 7 jam, aku pun tiba di stasiun Semarang Tawang. Disitu ibu sudah menunggu dengan jas hujan. Ya, siang itu turun hujan yang cukup lebat di Semarang. Dan disinilah aku, memotret Semarang yang diguyur hujan.


Esoknya, ibu mengajaku jalan-jalan di Semarang, apalagi selain untuk akhir tahun yang penuh diskon, hehe. Walaupun pada akhirnya, diskon itupun tidak kami kejar karena setelah dipikir lagi, kami tidak begitu membutuhkan barang-barang diskon tersebut. Dari diskon pun kami beralih ke salah satu supermarket di Semarang untuk membeli barang-barang kebutuhan di rumah.


Mungkin hanya cerita sederhana, akan tetapi cerita sederhana ini merupakan pengingat betapa berharganya rasa rindu yang terbalaskan ketika kita sudah tiba ke kampung halaman. Setelah berkali-kali mengalami pulang kampung, tetap saja rasa bahagia itu ada ketika kita berjumpa pada keluarga yang kita rindukan. Rasa yang membuat kita lebih bersemangat lagi untuk berjuang lebih baik setelah masa liburan selesai. Dan mungkin rasa ini akan aku alami sampai sisa hidup nanti. Yaah, siapa yang tau takdir akan membawa kita kemana?

Selamat liburan :)

Salam dari sang Petualang Jiwa