Selasa, 14 Agustus 2018

Sejenak ke Papandayan

Entah kenapa, setiap perjalanan punya hikmahnya sendiri.

Sekitar bulan Juli lalu, Shofi mengajak kami yang berada di grup multichat alumni SMA  MAN yang berkuliah di UI untuk mengikuti perjalanan mendaki gunung bersama teman-teman alumni lainnya. Sekejap, dengan sepenuh ke"impulsif"an, aku menghubungi Shofi untuk berkata bahwa aku ingin ikut serta, meskipun belum tau hendak ke gunung mana. Alasannya simpel, aku ingin 'kabur' sejenak dari hiruk pikuk kehidupan ibu kota. Aku pun dimasukan ke dalam multichat yang berisi teman-teman yang juga hendak mengikuti perjalanan ini. Kami pun mendiskusikan beberapa hal terkait perencanaan perjalanan, termasuk menentukan gunung mana yang hendak kami daki.

Selalu ada permasalahan yang dihadapi dalam hidup, termasuk dalam merencanakan perjalanan ini. Salah satu masalah yang kami hadapi yaitu dua orang yang biasa menaklukan gunung mengundurkan diri dari perjalanan. Sempat ada keraguan antara aku Shofi dan Caca (teman yang juga berangkat dari Jakarta) akan rencana pendakian ini, dan kemudian kami menyebarkan keraguan kami kepada teman-teman lain. Bahkan kami juga sudah memikirkan beberapa alternatif lain untuk menggantikan perjalanan mendaki gunung. Tapi Allah menakdirkan kami untuk tetap melakukan perjalanan ini. Dan kemudian.....

..dan kemudian sepertinya bukan gayaku untuk menceritakan sebuah peristiwa secara kronologis. Aku terbiasa menuliskan refleksi. Maka, sebagaimana yang aku tuliskan di awal, setiap perjalanan punya hikmahnya sendiri.

termasuk perjalanan ini, 

Perjalanan kali ini membuatku sadar jika kita menginginkan sesuatu, Allah akan membuat kita berusaha terlebih dahulu. Kita ingin sampai ke puncak Papandayan, maka Allah membuat kita berusaha untuk mencapai puncaknya. Mulai dari membuat perencanaan, menetapkan hati untuk mendaki, hingga menguatkan raga supaya bisa sampai puncak. 

Perjalanan kali ini membuatku sadar, bahwa Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, dan juga memudahkannya. Jika sesuai skenario awal, sebenarnya aku harus kembali ke Jakarta pada hari Ahad malam. Tapi Allah tau aku butuh berada lebih lama dalam perjalanan itu, maka Allah memudahkanku untuk memundurkan jadwal kembali ke Jakarta pada Senin malam dengan bantuan beberapa teman (berupa tethering dan pulsa).

Perjalanan kali ini membuatku sadar, bahwa sebenarnya keluarga adalah tempat dimana kita bisa merasa nyaman menjadi diri kita sendiri. Aku merasa nyaman menjadi diriku di tengah-tengah mereka. Aku tidak harus berusaha menjadi seorang yang profesional menghadapi segala beban dan tuntutan. Aku merasa dicintai tanpa syarat oleh mereka. 

Dan semoga akan ada perjalanan-perjalanan lain untuk mengambil hikmah yang lebih banyak lagi. Semoga.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar