Seringkali ku berucap kepada seseorang bila ditanya akan masa depan;
"Biar takdir yang berbicara"
"Biar takdir yang menunjukan"
Aku berucap seperti itu bukan tanpa alasan.
Pernah kucoba melawan takdir, sekali dua kali, mempertahankan apa yang ingin aku pertahankan. Akan tetapi, skenario Tuhan berkata lain, membuatku terjebak dalam disorientasi waktu dan ruang, mencoba menerka ujung cerita ini dalam ketakutan yang amat sangat.
Pengalaman sekali dua kali itulah yang membuatku sadar bahwa sekuat apapun keinginan hati kita akan suatu hal, rencana Tuhan selalu akan lebih baik. Ku sudah membuktikannya sekarang, saat ini, jaket kuning mungkin merupakan salah satu contohnya.
Maka dari itu, begitu juga denganmu. Mungkin kamu adalah keinginan hatiku yang ingin kupertahankan. Akan tetapi, aku meyakinkan diriku bahwa rencana-Nya akan jauh lebih baik. Mungkin denganmu, atau tidak denganmu. Tergantung takdir nanti berkata apa. Karena sudah cukup doa untuk memperjuangkanmu, dan aku tidak ingin terus menerus berkubang dalam doa itu, karena siapa tahu ternyata doa yang selama ini kupanjatkan bukanlah berujung padamu, namun pada orang lain yang mungkin namanya saja sekarang aku belum tau.
Aku tidak ingin berdoa, "Ya Tuhan, tolong pertemukan aku dengannya", karena aku tidak tahu nantinya dengan siapa aku bertemu.
Tapi aku ingin berdoa, "Ya Tuhan, bahagiakanlah kami dengan siapapun kami bersama kelak", karena dengan doa seperti itu, aku dan kamu, kita bisa bahagia walaupun tidak bersama.
Walaupun ku berdoa seperti itu, jauh dalam hatiku ku masih mengharapkan bahwa suatu hari kau datang ke rumah orang tuaku untuk menjemputku.
Untuk sekarang ku merasa sedih jika membayangkan pada akhirnya kamu memilih orang lain yang lebih bisa melengkapimu. Meskipun begitu, kali ini aku tidak akan melawan takdir. Karena aku yakin pasti rencana-Nya jauh lebih baik. Dan ku sudah pernah membuktikannya.
Ku sudah pernah mencoba melawan takdir, dan semoga tidak lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar