Hai dirimu!
Apakah kau masih disana dengan segala kelebihan dan kekuranganmu?
Sulit sekali bagi diri ini untuk tidak menyapamu ketika rindu sedemikian hebatnya mengganggu. Tenang, ku sudah terbiasa. Bagiku ini seperti santapan sehari-hari.
Apakah kamu merasa bahwa "kamu" yang ku tulis adalah dirimu. Oh, kamu merasa?
Maaf, mungkin dirimu yang aku maksud bukanlah dirimu, setidaknya bukan dirimu dalam dunia nyata. Kau tahu, kan, ku juga penulis fiktif yang senang berimajinasi.
Pernah ku berimajinasi mengakhiri cerita kita dengan akhir yang bahagia. Ketika kamu dan aku, kita hidup bersama dengan anak-anak kita, melihat mereka tumbuh besar dan bahagia.
Pernah ku berimajinasi mengakhiri cerita kita dengan akhir yang memilukan hati. Ceritanya memiliki plot yang beraneka ragam. Bisa karena aku meninggalkan dunia terlebih dahulu, kamu meninggalkan dunia terlebih dahulu, hubungan yang tidak direstui orang tua, atau bahkan kamu sama sekali tidak pernah menghubungiku lagi sehingga hatiku berpaling pada laki-laki lain.
Mungkin yang terakhir yang lebih mirip dengan kisah nyata yang kita alami.
Toh, ini hanya fiktif, hanya imajinasi. Kenyataannya bisa berbagai macam kemungkinan yang terjadi.
Itu semua bergantung padamu. Karena aku masih disini, menunggu.
Sambil menulis kisah-kisah fiktif tentang kita yang memiliki banyak kemungkinan jalan cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar