4 Juli 2007
Ini pertama kalinya aku berniat untuk pergi dari rumah dalam jangka waktu yang lama. Ya, aku memantapkan diriku untuk menuntut ilmu di Ngawi, Jawa Timur, di salah satu pondok yang terkenal karena kedalaman ilmu agama serta bahasa arabnya.
Sebelum pergi, beberapa kali orang tuaku bertanya, memastikan kembali apakah aku memang sudah siap untuk pergi dan menuntut ilmu di tempat yang jauh dari rumah, dan aku balas kembali pertanyaan mereka dengan jawaban yang mantap, "Ya, aku siap"
Sebelum berangkat, ibuku memintaku untuk meminta restu kepada keluarga besar. Kepada nenek dan juga paman bibi lewat percakapan telepon, "Aku mau pergi ke pondok, mohon doanya".
Sesampainya di pondok, aku melihat sekitar, memperhatikan orang-orang yang juga berniat untuk menuntut ilmu di tempat ini. Beberapa diantaranya sudah ada yang berpamitan dengan orang tua dengan penuh haru. Tak lupa peluk dan cium dari orang tua kepada anaknya, beserta untaian doa pada Allah memohon agar anaknya diberikan kekuatan untuk bersekolah di pondok ini.
Aku kemudian melihat kepada ibu bapakku. Melihat wajah mereka sekali lagi, wajah yang memiliki ekspresi yang sama dengan wajah orang tua lainnya, ekspresi sedih sekaligus haru untuk melepas anak mereka bersekolah jauh dari rumah.
Setelah menyelesaikan pendaftaran, aku pun berpamitan dengan ibu bapakku. Menyalimi tangan mereka dan meminta restu terakhir sebelum aku benar-benar menjalani kegiatan sebagai santriwati di sekolah baruku ini.
Mesin mobil mulai menyala. Kaca pintu mobil dibuka sebelum bannya berputar. Lambaian tangan dari ibu bapak serta senyum mereka ku balas juga dengan lambaian dan senyum dariku, memberitahu mereka bahwa aku akan baik-baik saja selama bersekolah disini.
Mobil pun melaju, lambat laun ke arah gerbang pondok menjauhiku. Air mata ku menetes satu per satu, dibalut kesedihan karena berpisah dan juga antusiasme menjalani kehidupan baru sebagai santriwati.
Jangan khawatir, Bu, Pak. I will be okay.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar